Skandal: Batu Kecil yang Bisa Membuat Orang Terjatuh

Bacaan: Matius 18:6-9

“Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. (Mat 18:6). 

Bacaan Lainnya

Renungan:

Pola Yesus mengajar dan menegor para pengikut-Nya untuk merubah sikap dan perilaku memang unik. Terkadang dengan cara “thok-leh” atau apa adanya tanpa tedeng aling-aling. Pengajaran dan tegoran diberikan langsung menyasar akar masalah.

Dalam kesempatan berbeda, Yesus lebih sering mengajar dengan cara memberikan perumpamaan atau “pasemon“. Mereka yang diajar dan ditegor sengaja dibiarkan untuk tumbuh pikiran dari dalam dirinya sendiri agar dapat memahami dan menjiwai apa yang diajarkan. Dalam khasanah Jawa, beberapa istilah yang khas untuk hal sepeti ini adalah “ben tekan pikirane“, “ben manglar pikirane“, “ben jawa pikirane“, atau istilah lainnya.

Bacaan Kitab Suci pagi ini, kita dikenalkan dengan istilah khas “anak-anak kecil yang percaya kepada-Ku”. Anak-anak kecil di sini bukan dimaksud sebagai anak yang masih berusia kanak-kanak, tetapi mewakili orang-orang sederhana, mereka orang-orang kecil, karena mereka sering tidak banyak diperhitungkan dalam masyarakat.

Celakalah dunia ini yang telah menyebabkan sekian banyak penyesatan…” (Mat 18:7). Rupanya kita perlu mengingat arti sebenarnya dari istilah “scandalon” dalam bahasa Yunani. Skandalon adalah batu kecil yang kalau tidak diperhatikan namun dapat membuat orang terjatuh. Suatu skandal adalah sesuatu yang membuat bunyi atau menyebabkan sesuatu yang menghebohkan masyarakat, menyesatkan hati nurani banyak orang, dan menyebabkan jatuh mereka yang pada mulanya jujur.

Melalui bacaan Kitab Suci pagi ini, Yesus berbicara tentang kerugian yang yang disebabkan oleh tekanan sosial. Banyak kali orang-orang kecil berusaha untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan menjadi lebih berdikari, lebih berpendidikan, dan mampu mencari penghasilan yang lebih banyak. Namun, sering masyarakat menghalang-halangi orang yang tidak mau bermain kotor dan yang menolak mencontoh gaya hidup orang orang-orang yang cinta diri berlebihan. Oleh karena itu, orang-orang kecil dipaksa harus menyerah, menerima kegagalan, kehilangan sebuah mata pencaharian, sebelum kehilangan hal yang lebih penting, yaitu hidup di hadirat Allah.

Lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup tanpa satu kaki atau satu tangan.” Yesus menegaskan nilai dari kehidupan kekal yang tidak ada tandingannya. Kadang-kadang untuk memperoleh Kerajaan Allah, kita perlu mengorbankan bahkan juga pekerjaan kita, jaminan hidup kita dan kehidupan kita.

Celakalah dunia dengan segala penyesatannya.” Kadang-kadang orang menyebabkan orang lain berdosa. Kadang-kadang masyarakatlah yang membuat seseorang berdosa karena korupsinya, kekerasan, dan struktur sosialnya yang tidak adil. Yesus mengundang kita untuk menyadari dosa, pribadi dan sosial. Bagaimanapun struktur-struktur sosial yang buruk akan dibinasakan dengan tangisan dan darah.

Penyesatan-penyesatan ini harus ada…” Yesus hidup dalam dunia penuh kekerasan, tetapi tampaknya Ia tidak mengeluh tentang situasi itu. Ia tidak mendorong kita untuk bermimpi tentang suatu “taman Firdaus” di bumi ini. Sementara komunitas-komunitas Kristiani berusaha untuk menjadi domba gembalaan yang lemah lembut mengelilingi gembalanya, Yesus memiliki suatu pandangan tentang kehidupan Kristiani yang berbeda.

Dunia yang sebenarnya, dunia yang sedang diselamatkan Allah tidak diciptakan untuk menjadi suatu wabah kebahagiaan, melainkan menjadi suatu tempat di mana orang-orang bebas berkembang karena perjuangan mereka. Skandal-skandal adalah bagian dari dunia ini, tetapi kuasa jahat tidak mengurangi sedikitpun kemuliaan yang diberikan Allah pada akhir jaman. Dengan lapar dan haus akan keadilan, Allah membangkitkan cinta dan membantunya berkembang.

Doa:

Bapa sorgawi, ajarilah dan mampukanlah kami untuk menjalani kehidupan yang penuh aneka godaan dan tantangan ini. Mampukanlah kami agar menghindari batu sandungan kehidupan, demikian pula mampukanlah kami agar tidak menjadi batu sandungan yang mencelakakan hidu orang lain. Amin. (KSKK).

Pos terkait