Hilangnya Budaya Malu

Bacaan: Imamat 19: 1-4, 32-37 ; Yohanes 3 : 16-21.

“Demikianlah kamu harus berpegang pada segala ketetapan-Ku  dan segala peraturan-Ku  serta melakukan semuanya itu; Akulah TUHAN.” (Imamat 19:37).

Renungan:

Bacaan Lainnya

Kita sering menyaksikan fenomena kehidupan yang cenderung tidak punya malu ketika melanggar kepatuhan terhadap norma dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa bahkan norma keagamaan yang diyakininya. Maka tidak aneh jika ada pernyataan seseorang dalam media sosial yang menggelitik: AJA MUNG MIKIR KABUTUHANING URIP, NANGING UGA PIKIREN GUNANING URIP!

Bacaan Imamat 19: 1-4, 32-37 memberi panduan bagaimana kita berfikir, berucap dan berperilaku dalam kehidupan pribadi, keluarga, bergereja maupun dalam masyarakat. Bagaimana kita dipanggil Tuhan untuk menjadi teladan dalam hal kejujuran, keadilan, mengasihi sesama dengan setulus hati. Semuanya itu untuk menjaga kekudusan hidup sebagai wujud mengasihi Tuhan Yang Maha Kudus.

Bacaan Yohanes 3 : 16-21 mengungkapkan tentang rencana besar Tuhan dalam menyatakan kasih setiaNya untuk menyelamatkan dunia ini, serta panduan tentang bagaimana kita menanggapinya dengan benar. Tuhan memanggil kita untuk tidak menyukai kegelapan, agar tidak terjebak melakukan perbuatan-perbuatan jahat. “Sebab barang siapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak” (Yoh 3 : 20).

Kini makin nyata adanya perilaku hidup yang dilakukan secara terang-terangan sekalipun jelas-jelas hal itu bertentangan dengan panduan yang digariskan Tuhan. Mari kita terus berjuang untuk menghidupkan budaya malu ketika tidak bisa mengedepankan kasih kepada Tuhan dan sesama dengan sepenuh hati.  Sudah waktunya kita saling memberi teladan baik, saling mengingatkan dengan penuh kasih agar tidak menyukai kegelapan, dan terjebak pada perilaku yang tidak dikehendaki Tuhan.

Doa:

Tuhan Yang Maha Baik, ampuni dosa-dosa kami,  karena kami sering tanpa rasa malu menuruti keinginan-keinginan mata dan daging serta menyukai kegelapan. Bimbinglah kami agar kami bisa saling memberi teladan baik, tuntun kami agar kami bisa saling mengingatkan dengan sabar dan tulus, sehingga kami tidak terjebak dalam kegelapan, tetapi datang pada terangMu yang membangun. Amin. (Hargo Warsono – Ngringin).

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

24 Komentar