Ing Ngarsa Sung Tuladha

Bacaan: 1 Timotius 3:1-9.

Benarlah perkataan ini: “Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.” (1 Timotius 3:1).

Bacaan Lainnya

Renungan:

“Ing ngarsa sung tuladha” adalah penggalan semboyan yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara. Semboyan lengkapnya berbunyi demikian: “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Ki Hadjar Dewantara adalah Menteri Pengajaran pada kabinet pertama Pemerintah Republik Indonesia setelah proklamasi 17 Agustus 1945. Ia juga dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.

Semboyan ini bermakna “di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan”. Semboyan ini menggambarkan peran pemimpin dalam berbagai sisi. “Ing ngarsa sung tuladha” artinya seorang pemimpin sebagai orang yang terdepan dalam barisan mesti menjadi teladan. Ing madya mangun karsa artinya seorang pemimpin di tengah barisan yang dipimpinnya mesti membangkitkan kemauan dan semangat. “Tut wuri handayani” artinya seorang pemimpin di belakang barisan yang dipimpinnya mesti memotivasi atau mendorong.

Semboyan ini tentunya tidak hanya berlaku ketika seseorang menjadi pemimpin organisasi besar atau organisasi formal saja, namun semboyan ini sesungguhnya juga relevan berbagai organisasi atau perkumpulan sampai tingkat terkecil sekalipun. Sebuah keluarga tentu tidak akan karuan arah perjalanan hidupnya tanpa adanya keteladanan, bangkitnya kemauan dan semangat, serta dorongan dalam bersama-sama menggapai tujuannya.

Saudaraku terkasih, bacaan Kitab Suci pagi ini mengajak kita untuk kembali merenungkan tentang syarat-syarat menjadi penilik jemaat dan diaken. Apa yang disebut penilik jemaat dalam organisasi gereja kita adalah penatua atau dahulu disebut pinisepuh. Penatua, diaken, dan pendeta adalah pemangku jabatan gerejawi yang secara bersama-sama disebut sebagai majelis gereja.  Tugas pokok dan fungsi majelis gereja adalah memimpin organisasi gereja untuk mewujudkan tugas dan panggilan gereja.

Secara jelas, lugas dan padat, bacaan ini menunjukkan butir-butir persyaratan menjadi penatua dan diaken. Syarat menjadi penatua antara lain: terhormat atau tak bercacat tingkah lakunya, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, pemimpin keluarga yang baik, disegani dan dihormati. Sedangkan, syarat menjadi diaken antara lain: terhormat atau tak bercacat tingkah lakunya, tidak bercabang lidah, jbukan penggemar anggur, tidak serakah, mampu memelihara rahasia iman dalam hati nurani.

Apabila kita cermati, persyaratan yang disebutkan secara rinci tersebut dapat kita sederhanakan sebagai pemimpin yang menjadi teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Menjadi contoh dalam pemikiran, perkataan dan perbuatan ketika berfungsi memimpin di depan. Menjadi pemantik kemauan dan memberi semangat di tengah-tengah yang dipimpinnya. Menjadi pendorong ketika berada di barisan belakang yang dipimpinnya.

Lantas, bagaimana kita mencari orang yang mampu memenuhi syarat-syarat menjadi penilik jemaat dan diaken itu? Bukankah kita kesulitan mendapatkan orang yang tidak bercacat cela dan tak pernah bersalah, orang yang sikap dan perilakunya bagus, pandai terpelajar, kaya, dermawan, terpandang dan disegani oleh lingkungannya? Sempurna banget syaratnya?

Saudaraku terkasih, dari bacaan pagi ini kita juga diingatkan bahwa “orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat (dan diaken) adalah menginginkan pekerjaan yang indah”. Makna menginginkan pekerjaan yang indah adalah niat atau motivasi yang tulus dan benar mengapa seseorang bersedia mengemban jabatan penilik jemaat dan diaken. Inilah yang menjadi syarat dasar sesungguhnya. Maka dari itu, niat dan motivasi kita yang tulus dan benar untuk dipakai Kristus sebagai alat-Nya dalam menghadirkan Kerajaan Allah menjadi dasar batu ujinya.

Doa:

Tuhan Allah Bapa Sorgawi. Terima kasih atas berkah penyertaan-Mu kepada setiap diri kami dalam menjadi pemimpin dan saling memberikan dukungan melalui keluarga-keluarga kami. Ajarilah dan mampukanlah agar setiap diri kami semakin kokoh berakar, bertumbuh, dan berbuah di dalam kuasa-Mu. Apabila ada di antara kami yang telah Engkau pilih dan Engkau tetapkan menjadi pemimpin, kami menyerahkan mereka ke dalam tangan kuasa dan berkat penyertaan-Mu. Amin. (Tim Adminweb).

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *