Ketika Ditolak dan Direndahkan

Bacaan: Lukas 4:16-30.

Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi. (Luk 4:29-30). 

Bacaan Lainnya

Renungan:

Pernahkah kita sebagai seorang pribadi ditolak dan direndahkan oleh seseorang atau sekelompok orang? Bagaimana rasanya ketika mendapatkan perlakukan seperti ini? Merasa biasa-biasa saja atau jengkel tapi mulut kaku tidak bisa ngomong?

Perikop bacaan Kitab Suci pagi ini mengingatkan pada peristiwa di mana Yesus ditolak dan direndahkan di daerah Nazareth. Yesus diperlakukan seperti itu, setelah Ia diberi kesempatan membacakan Kitab Suci dan berkotbah di sebuah rumah ibadah. Kemudian, timbullah keributan yang berakhir dengan Yesus dihalau keluar kota menuju ke tebing gunung. Tujuannya untuk dibunuh dengan cara dilemparkan ke jurang.

Tidak ditulis bagaimana reaksi Yesus ketika mendapatkan penolakan dan direndahkan itu. Yang jelas tertulis, bahwa ketika sampai di tebing, Dia berjalan lewat tengah-tengah kerumunan orang dan pergi meninggalkan kerumunan itu.

Kita tentu menjadi bertanya-tanya mengapa Yesus ditolak dan direndahkan di Nazareth kampung halaman-Nya sendiri? Bukankah Yesus sebelumnya telah melakukan pengajaran keliling dari kampung ke kampung di sekitar wilayah Galilea? Bukankah Yesus juga telah melakukan tanda-tanda mujizat yang menunjukkan Ia berkenan di hadapan Allah?

Mereka keheranan, takjub, sekaligus tidak percaya dan berujung marah besar ketika Yesus membacakan nubuat Kitab nabi Yesaya tentang kedatangan Sang Pembebas dan menyatakan bahwa diri-Nya datang untuk menggenapi nas yang tertulis dalam Kitab tersebut. Orang-orang tetap tidak percaya dan menolak Yesus yang menyatakan diri datang sebagai Mesias  itu.

Rupanya orang-orang Nazareth masih terpaku pada kenyataan manusiawi bahwa Yesus itu bukan siapa-siapa. Yesus hanya dikenal sebagai anak Maria dan Yusuf, dari kalangan rendahan keluarga tukang kayu dari Nazareth, bukan dari kalangan keluarga terpandang dan dari kaum agamawan yang menjadi kalangan terhormat.

Saudaraku, dalam hidup kita sehari-hari tak jarang kita mendapatkan penolakan dan juga direndahkan. Apa yang kita kita kerjakan tetap dipandang sebelah mata sebagai sesuatu yang tak bermakna, karena kita bukan siapa-siapa, bukan anak orang terpandang, bukan anak pegawai negara, dan berbagai status istimewa dan terhormat yang justru diburu dan berusaha diraih dalam tata hidup masyarakat pada umumnya.

Yesus pergi meninggalkan kerumuman orang-orang yang menolak dan merendahkan diri-Nya. Ini menjadi pengingat, bahwa senantiasa ada penghambat dan tantangan, meskipun kita bermaksud berbuat kebaikan. Karena itu, kita perlu menjaga agar tetap fokus pada tujuan kebaikan. Kita tidak perlu terseret dan mengeluarkan energi negatif jengkel dan marah ketika masih ada orang lain yang menolak dan merendahkan.

Doa:

Bapa Sorgawi, ajarilah dan mampukanlah kami untuk mampu mengendalikan diri pada saat kami ditolak dan direndahkan orang lain. Mampukanlah kami untuk mengelola perasaan sakit, marah, jengkel, dan benci. Mampukanlah kami untuk tetap menjaga kewarasan dan berbuat kebaikan sebagaimana Yesus telah teladankan. Amin. (JJW – Kulwo).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *