Ringkasan Artikel:
Proses pembentukan komunitas Kristen di Jawa Tengah –yang sebagian kemudian bertransformasi menjadi GKJ, Gereja Kristen Jawa—merupakan rangkaian kisah yang dinamis dan inspiratif serta menghasilkan sebuah cerita perjuangan panjang dan penuh interaksi antara kaum misionaris yang membawa konsep agama yang sudah maju ke dalam lingkungan orang Jawa yang masih mencari kesempurnaan kehidupan spiritual mereka.
Agama Kristen yang berasal dari Barat merupakan seperangkat ajaran, organisasi dan liturgi yang sudah menjadi bagian integral kehidupan masyarakat Barat. Sementara, masyarakat Jawa sedang berada pada suasana kehausan terhadap simbol spiritual baru yang mampu memuaskan kebutuhan batin mereka untuk menyatu dengan segala sesuatu yang diperhitungkan sebagai yang illahi. Ketika dua hal ini bertemu, antara kaum misionaris dan masyarakat Jawa telah terjadi sebuah titik perjumpaan atau persilangan antara mereka yang secara intensional mengajarkan agama baru dan mereka yang mengupayakan pengetahuan kesempurnaan hidup esoterik. Karena itu, transfer pengetahuan keagamaan dapat terjadi secara lancar, yang satu memberi dan yang lain menerima.
Kehadiran misi Kristen di Jawa Tengah seperti ―”tumbu oleh tutup”, sesuatu yang sangat diharapkan, khususnya di bidang sosial-ekonomis penduduk asli. Pada tingkat ini kita melihat bahwa kaum misionaris telah menemukan lapangan pekerjaan yang sangat subur dan sesuai dengan tugas misionaris mereka. Kemiskinan, sakit, dan kebodohan merupakan penyebab utama penderitaan penduduk, khususnya pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20. Itulah sebabnya pelayanan medis dan pelayanan misi Kristen yang menekankan pada kesehatan dan pendidikan memperoleh nilai yang sangat tinggi di kalangan rakyat kebanyakan. Titik pertemuan misi Kristen dan kebutuhan rakyat terjadi dalam pelayanan ini, dan menjadi dasar yang cukup kuat bagi kehadiran misi Kristen di tengah masyarakat Jawa.
Namun, tidak jarang berbagai konflik seringkali juga terjadi disebabkan oleh kesalahpahaman antara dua pihak tersebut. Kaum misionaris menduga bahwa melalui pernyataan Injil kepada orang Jawa mereka akan melepaskan masa lalunya –seluruh sikap, cara hidup, moral, bersamaan dengan kecenderungan mereka yang menyikapi agama sebagai bentuk pengetahuan esoterik. Sementara—bagi orang Jawa yang menjadi Kristen—mereka berpikir bahwa diri mereka mempunyai hak untuk merengkuh dan mengembangkan agama Kristen sesuai dengan perasaan dan kebutuhan batin mereka sendiri.
Artikel lengkap Komunitas Kristen di Jawa Tengah: Sepenggal Sejarah Gereja Kristen Jawa, karya Suwarto Adi (Direktur Pelaksana Yayasan Trukajaya Sinode GKJ) dapat dibaca/diunduh: klik di sini.