Mencurahkan Isi Hati di Hadapan Tuhan

Bacaan: 1 Samuel 1:4-20.

Lalu kata Eli kepadanya: “Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada mabukmu.” Tetapi Hana menjawab: “Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN. Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena besarnya cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama.” (1 Sam 1:15-16).

Bacaan Lainnya

Renungan:

Saudaraku terkasih, adakah yang masih ingat lagu populer jaman Sekolah Minggu jadoel era 80-an? Demikian penggalan tembang berbahasa Jawa ngoko tersebut:

Ca-kanca mreneo ndak critani,
Critane kang manis lan merak ati.
Bocahe jenenge Samuel,
tansah mbangun turut mring rama ibu.
Yen esok yen sore tansah memuji,
Asmane Allah 'Njeng Gusti.

Tembang ini berkisah tentang sosok anak muda yang menarik hati perilakunya. Digambarkan merak-ati tindak-tanduknya. Ia taat dan penurut didikan orang tua. Ia senantiasa memuji dan memuliakan Tuhan Allah. Anak itu bernama Samuel. Ibu anak itu bernama Hana, ayahnya bernama Elkana. Sejak kecil anak itu telah diserahkan ayah ibunya kepada imam Eli untuk berdiam dan tumbuh kembang menjadi pelayan di rumah ibadah. Samuel kecil itu kelak kemudian menjadi salah satu nabi besar yang Allah pakai dalam perjalanan kehidupan bangsa Israel.

Kehadiran Samuel sejak masa anak-anak sangat menarik kisahnya. Jika kita telisik lebih lanjut, peristiwa sebelum kelahiran Samuel pun menjadi jalinan kisah yang mengagumkan cerita dan kedalaman maknanya. Kisah yang menunjukkan, betapa Allah begitu sangat mengasihi dan menyayangi umatnya yang mau curhat mengadukan luka batinnya kepada Allah.

Elkana memiliki dua istri, yaitu Hana dan Penina. Penina memiliki anak, sedang Hana tidak. Karena kondisi ini, Hana sering disakiti oleh Penina. Hana yang sudah berusia tua sering diejek perempuan mandul, kandungannya dianggap telah ditutup oleh Tuhan. Karena perlakuan yang selalu disakiti, Hana menjadi gusar dan mengalami luka batin. Bertahun-tahun perlakuan ini diterima Hana.

Pada saat keluarga Elkana datang ke rumah Tuhan, dengan hati pedih Hana berdoa dan menangis tersedu-sedu. Ia kemudian bernazar, katanya: “TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.”

Imam Eli mengamati Hana yang terus berdoa dengan mulut komat-kamit tetapi tidak bersuara. Eli menyangka Hana sedang mabok, dan memintanya untuk berhenti menjadi pemabok. Tetapi Hana menjawab, bahwa dirinya tidak sedang mabok. Ia mengaku apa adanya, bahwa dirinya adalah perempuan yang bersusah hati, ia tidak sedang minum anggur, tetapi ia sedang mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan.

Ia memohon kepada Eli agar tidak menganggap sebagai perempuan dursila. Karena besarnya cemas dan sakit hati ia menjadi begitu lama berdoa mengadukan permasalahannya kepada Tuhan. Mengetahui duduk perkaranya, imam Eli berkata: “Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya.”

Setahun kemudian, Hana mengandung anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, yang berarti: “Aku telah memintanya dari Tuhan”. Setelah disapih, Samuel yang masih kecil itu dibawa ke rumah Tuhan. Hana dan Elkana menyerahkan Samuel kepada imam Eli.

Samuel anak yang diminta Hana kepada Tuhan dalam kondisi penderitaan dan doa penuh isak tangis itu diserahkan kembali kepada Tuhan melalui imam Eli untuk menjadi pelayan Tuhan.

Saudaraku terkasih, kita sering kehilangan pegangan dan merasa tidak ada teman dan tempat untuk menumpahkan keluh kesah pada saat sedang sedih dan mengalami luka hati menganga. Mencurahkan isi hati di hadapan Tuhan menjadi tempat yang sesungguhnya memberikan kelegaan dan jalan keluar. Imam Eli dipakai Tuhan untuk menguatkan dan meminta Hana untuk pulang dengan selamat, karena Allah Israel akan memberikan apa yang dia minta dari pada-Nya.

Doa:

Bapa sorgawi, terima kasih Engkau telah ingatkan kepada kami akan kesetiaan Hana dan Elkana yang mau mengadu berkeluh-kesah kepada-Mu. Ajarilah dan mampukanlah kami untuk berlaku hidup jujur, terbuka, dan rendah hati di hadapan-Mu. Terlebih pada saat kami susah, cemas dan sakit hati ketika menghadapi berbagai permasalahan hidup. Amin. (Admin/renungan pengganti).

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *