Mengasihi Tanpa Syarat

Bacaan: Lukas 15:1-10.

“Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?” (Lukas 15:4).

Bacaan Lainnya

Renungan:

Ketikapara pemungut cukai dan orang-orang yang berdosa datang menemui Yesus dan mendengarkan pengajaran-Nya, maka meledaklah amarah orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Mereka bersungut-sungut karena Yesus telah menerima orang-orang berdosa dan bersedia makan bersama-sama mereka.

Apa yang sesungguhnya membuat para orang Farisi dan ahli Taurat itu marah? Karena mereka tidak mau menerima kenyataan bahwa Yesus bersedia menerima para pemungut cukai dan orang-orang berdosa itu dan bahkan mau melakukan makan bersama-sama mereka. Dalam pandangan kaum Farisi dan para ahli Taurat, Yesus yang adalah guru pengajar firman Tuhan adalah orang suci semestinya menjaga wibawa, menjaga kesucian dengan cara tidak bergaul, berkumpul, bahkan makan bersama-sama para pemungut cukai dan orang-orang berdosa.

Apa yang dilakukan Yesus ini tentu berseberangan dengan prinsip, sikap dan perilaku, dan tentunya tradisi yang dilakukan orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Yesus mendobrak tatanan, sikap dan perilaku dari para orang yang terpandang, pemuka masyaraka, pemuka agama, dan ahli kitab suci. Yesus menerapkan prinsip mengasihi tanpa syarat dengan tidak membatasi siapa yang datang kepada-Nya, siapa yang melakukan percakapan dengan-Nya, dan siapa yang makan bersama-Nya.

Yesus mengetahui sungut-sungut orang-orang Farisi dan kaum ahli Taurat. Karena itu, Ia menegaskan dengan memberikan pernyataan demikian: “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?” Sebuah tindakan seorang gembala yang menyelamatkan domba tanpa syarat.

Yesus tidak memberi syarat siapa yang Dia temui atau sebaliknya yang datang kepada-Nya haruslah orang yang baik, yang suci, orang terpandang, para pemuka masyarakat dan harus pandai tentang kitab suci dan seterusnya. Tetapi justru Yesus telah bertindak melampaui batas dan sekat perjumpaan yang biasa menjadi prinsip kesucian dan tradisi yang dilakukan para kaum Farisi dan ahli Taurat.

Saudaraku terkasih, melalui bacaan pagi ini, kita diingatkan akan teladan Yesus yang mengasihi tanpa syarat. Yesus mengasihi umat manusia tanpa memandang status sosial seseorang. Ia mengasihi manusia tanpa memandang kekayaan, kehormatan, keberdosaan, kepandaian seseorang. Yesus mengasihi umatnya yang datang kepada-Nya dan mengadukan pergumulan hidupnya dan mencari jalan yang meringankan beban kehidupannya.

Mari senantiasa belajar dan melakukan tindakan mengasihi orang lain tanpa syarat.

Doa:

Tuhan Bapa kami sorgawi, terima kasih hari ini kami diingatkan akan pelajaran penting yaitu mengasihi tanpa syarat sebagaimana teladan Tuhan Yesus. Mampukanlah agar kami bisa sejak dalam pikiran bersikap adil kepada siapapun tanpa ada prasangka-prasangka buruk. Di dalam nama Tuhan Yesus kami telah berdoa. Amin. (Tim Adminweb).

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *