Menjadi Garam dan Lilin

Bacaan: Yesaya 32:11-17; Galatia 5:16-25

Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya. (Yesaya 32:17).

Bacaan Lainnya

Renungan:

Kehidupan bangsa Israel pada masa Nabi Yesaya didasari oleh Hukum Taurat, sehingga merasa ada kebebasan asalkan tidak melanggar Hukum Taurat, tetapi sangat bertentangan dengan ajaran kebenaran Allah. Oleh sebab itu Nabi Yesaya memberikan peringatan keras kepada bangsa Israel.

Perkebunan yang menghasilkan buah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka disulap menjadi hutan belukar, bukit dan menara diratakan, diruntuhkan. Dengan demikian hidup mereka berubah menjadi sengsara.

Allah Yang Maha Kasih, yang senantiasa mengasihi dan memelihara umat ciptaanNya, tidak pernah merelakan umatNya hidup sengsara penuh dosa.

Saudara terkasih, sungguh kita bersyukur, Tuhan Yesus telah memerdekakan kita melalui/merelakan diriNya disalib untuk membebaskan kita dari dosa.

Bagaimana kita menanggapinya dalam kehidupan saat ini? Ini juga menjadi peringatan, bahkan pembelajaran buat kita saat ini. Bagaimana syukur kita, kita nyatakan dalam kehidupan di tengah masyarakat saat ini?

Tidak lain, kita harus menjalani hidup ini seturut dengan rencana dan kehendak Tuhan yang semuanya itu hanya untuk kemuliaanNya.
Mari saudaraku yang terkasih: menjadi garam, menjadi lilin yang dapat menerangi kegelapan sekeliling kita, kita harus dapat diterima oleh masyarakat di mana Tuhan menempatkan kita.

Tuhan memberkati kita semua. Amin

Doa:

Tuhan yang Maha Pengasih, terima kasih atas pengorbanan AnakMu yang tunggal untuk menebus dosa kami. Mampukan kami agar dapat menjadi garam dan lilin di tengah masyarakat di mana Tuhan menempatkan kami. Amin (Sukirno HS – Kulwo).

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *