Bacaan: Yesaya 6;1-8, (9- 13); 1 Korintus 15: 1-11; Lukas 5:1-11.
“Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja. yakni TUHAN semesta alam.” (Yesaya 6:5).
Renungan:
Saudara yang terkasih, dalam penglihatannya, Yesaya mengalami pengalaman luar biasa karena menyaksikan Tuhan yang duduk di atas tahta-Nya yang tinggi dan mulia. Ia pun boleh menyaksikan betapa agungnya Tuhan saat para serafim yang berseru “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” (Yesaya 6:3). Yesaya yang merasa tidak layak di hadapan Tuhan yang kudus mengakui keberdosaannya. Namun Tuhan membersihkan kenajisannya dan mengutusnya untuk menyampaikan Firman-Nya kepada bangsa Israel.
Pengalaman Yesaya menunjukkan, bahwa ketika kita menyadari betapa tidak layaknya kita di hadapan-Nya. Namun kasih karunia Tuhan selalu tersedia bagi kita. Dia tidak hanya membersihkan dosa kita, tetapi juga mengutus kita.
Saudara yang terkasih, Paulus dalam suratnya (1 Korentus 15:1-11) mengingatkan jemaat di Korintus tentang Injil yang telah ia beritakan kepada mereka, yaitu bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, dikuburkan, dan dibangkitkan pada hari yang ketiga. Mirip dengan Yesaya, Paulus menyadari kedosaannya, dan ajaibnya Tuhan menghapus dosanya dan menjadikannya utusan. Seperti kebangkitan Kristus yang menjadi inti dari iman Kristen. Hidup kita juga kebangkitan dari dosa, karena kebaikan dan kemurahan hati Kristus yang menyelamatkan kita.
Saudara yang terkasih, dalam Injil Lukas 5:1-11, kita menyaksikan bagaimana Yesus memanggil Simon Petrus dan rekan-rekannya untuk menjadi penjala manusia. Mereka yang sebelumnya adalah nelayan biasa, sekarang dipanggil untuk memberitakan Injil dan membawa orang kepada Kristus. Mereka dulu hidup dalam dosa, bahkan beberapa dijauhi dan dianggap terkutuk karena mengkhianati bangsanya, namun mereka dipanggil, dibersihkan, dan diutus.
Saudara yang terkasih, kita sebagai pengikut Kristus juga dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di dunia ini. Kita harus mengikuti teladan Yesaya, Paulus, dan para rasul yang meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus. Ketiga bagian dari Kitab Suci ini mengajarkan kita tentang pentingnya menyadari kebesaran dan kukudusan Tuhan, berpegang teguh pada Injil Kristus, dan bersedia mengikuti panggilan-Nya nuntuk menjadi saksi saksi-Nya di dunia ini. Kita memang bukan siapa-siapa. Namun kita harus bangkit dari dosa bersama kebangkitan Kristus. Bersama Kristus, kita pendosa yang bertobat akan menjadi utusan yang membawa berkat bagi banyak orang.
Doa:
Bapa Surgawi, Allah yang kami muliakan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Dengan sepenuh hati kami menyadari kemampuan dan keterbatasan kami, bahkan merasa tidak layak menjadi utusan-Mu. Dalam keteladanan kami dalam memberitakan Injil-Mu, karena kami orang berdosa dan mungkin sekali najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, seperti Yesaya. Melawan dan menganiaya, seperti Paulus. Bahkan mungkin kami juga seperti Petrus menyangkal Engkau. Tetapi kami merasa suka cita boleh melihat kemuliaan di tahta kemuliaan-Mu, boleh menerima anugerah dan kasih karunia- Mu, serta Engkau mau memakai kami menebarkan jala manusia. Lengkapilah kami, Tuhan agar kami mampu meneladani ajaran dan kasihmu pada diri kami. Pinpin, tuntun, dan ajarlah kami dalam menghadapi tantangan kehidupan. Amin. (Sudiro – Karanganom).