Bacaan: Ibrani 10:32-29.
Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat, baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian. (Ibr 10:32-33).
Renungan:
Melupakan masa lalu pada umumnya sering dilakukan dan sering dianjurkan masyarakat pada umumnya ketika menghadapi permasalahan yang sangat berat yang menggoncang kehidupan seseorang atau sekelompok orang. “Sudahlah, lupakan saja lebih baik daripada hidup larut dalam kenangan pahit masa lalu!” Demikian kata-kata yang sering kita dengar ketika seseorang memberikan nasihat kepada orang atau kelompok orang yang sedang didera permasalahan. Benarkah memang demikian cara mengatasinya?
Nampaknya penulis surat Ibrani memberikan pandangan yang bekebalikan dengan nasihat yang dianjurkan masyarakat pada umumnya. Kita justru diminta untuk mengingat masa lalu kita. Apapun dan bagaimanapun masa lalu kita, termasuk penderitaan dan kesakitan yang pernah kita alami. Karena di dalam mengingat penderitaan dan kesakitan itu pasti terselip jejak perjuangan yang pernah kita lakukan.
Masyarakat pedesaan Jawa sering mengucapkan kata-kata “nembe didhangir” untuk melukiskan bahwa seseorang sedang menghadapi permasalahan yang berat dalam hidupnya. Namun permasalahan itu tidak “ditinggal semprung“, artinya permasalahan itu dihadapi dengan ketekunan dan ada upaya menata diri sebagaimana tanaman yang perlu disiangi agar tetap dapat bertahan dan tumbuh tidak kalah dengan gulma di sekitarnya.
Di balik mengalami kesesakan penderitaan terdapat daya juang bagaimana mesti mempertahankan hidup baik secara fisik maupun rohani. Tubuh kita sungguh sangat luar biasa, apabila kita rasa-rasakan tubuh kita memiliki daya adaptasi yang sangat luar biasa yang menopang kita mampu bertahan hidup.
Penulis surat Ibrani juga menegaskan, bahwa mental kita menjadi lebih kuat ketika kita mengalami berbagai penderitaan, hinaan, juga cercaan. Pengharapan bahwa kita mendapatkan harta rohani yang lebih berharga menjadi sumber kekuatan yang menghidupi kita, walau secara tubuh dan jiwa kita sedang mengalami aneka permasalahan yang tidak mudah jalan keluarnya. “Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.” (Ibr 10:36).
Saudaraku terkasih, mari senantiasa bertekun dalam perjalanan hidup kita masing-masing. Tidak perlu menolak dan melupakan hal-hal buruk yang pernah terjadi pada diri kita. Karena sesungguhnya tubuh dan jiwa kita sudah diperlengkapi Tuhan untuk mampu menghadapi jalan kehidupan kita, dengan syarat kita tidak menolak penyertaan-Nya, sebagaimana tertulis: “Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.” (Ibr 10:38).
Doa:
Bapa Sorgawi, ajarilah dan mampukanlah kami untuk selalu senantiasa menerima kondisi kehidupan kami baik dalam senang dan susah, baik dalam bahagia dan derita. Mampukanlah kami agar dapat menghayati penyertaan-Mu dalam setiap langkah kehidupan kami. Amin. (Admin/renungan pengganti).