Bacaan: Matius 6:1-6, 16-21.
“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” (Matius 6:1).
Renungan:
Setiap orang pada dasarnya ingin berbuat baik. Setiap orang ingin kehidupannya dapat berguna. Kebaikan-kebaikan itu tentu membawa keadaan menjadi lebih indah dan bermakna.
Salah satu prinsip untuk mengetahui apakah perbuatan kita sudah baik dan benar adalah menguji apa yang menjadi motivasi setiap perbuatan baik yang kita lakukan. Perbuatan baik tentu berawal dari niat atau motivasi yang benar juga.
Bacaan kita pagi ini mengungkapkan pernyataan Yesus yang sangat mendasar. Penegasan tentang prinsip dari niat atau motivasi dalam bertindak secara benar. Yesus mengajarkan prinsip dasar dalam berbuat baik melalui contoh 3 jenis tindakan yang biasa dilakukan orang percaya, yaitu: memberikan sedekah, berdoa, dan berpuasa.
Apabila orang percaya, baik orang awam ataupun rohaniwan berbuat baik contohnya bersedekah dengan tujuan agar dipuji orang lain atau karena alasan yang mementingkan diri sendiri, mereka akan kehilangan pahala dan pujian dari Allah. Mereka malah dinilai sebagai orang munafik yang berkedok hendak memuliakan Allah, namun sesungguhnya mencari kemuliaan untuk diri sendiri.
Kecaman Yesus terhadap pelaksanaan kewajiban keagamaan agar dilihat oleh orang lain tidak membenarkan banyak kegiatan yang dilakukan orang-orang Kristen dewasa ini, termasuk bersaing untuk menjadi yang lebih besar, membanggakan keberhasilan dalam pelayanan, melaksanakan kegiatan kebaktian dengan gaya acara hiburan agar menarik orang, dan keinginan untuk menjadi nomor satu.
Yesus meminta agar setiap orang percaya memiliki tempat di mana ia dapat sendirian dengan Allah. Jikalau tempat semacam itu tidak ada, maka berdoa secara tersembunyi tidak dapat dilaksanakan untuk waktu yang lama atau secara teratur. Doa yang dipanjatkan di tempat tersembunyi ini sangat penting guna menjalin relasi dengan Allah. Bapa kita berjanji untuk memberikan pahala secara terang-terangan dengan doa yang dikabulkan, dengan kehadiran-Nya yang khusus, dan dengan kehormatan sejati untuk kekekalan.
Kemudian, berpuasa menunjukkan kepada disiplin berpantang makanan demi maksud rohani. Sekalipun berpuasa sering dikaitkan dengan doa, namun puasa harus dipandang sebagai suatu tindakan rohani tersendiri. Sebenarnya, berpuasa dapat disebut “berdoa tanpa mengucapkan kata-kata”.
Saudaraku terkasih, pada akhirnya marilah kita senantiasa menguji niat dari setiap tindakan yang kita lakukan. Untuk kemuliaan Allah atau untuk kemuliaan diri kita sendiri?
Doa:
Allah Bapa Sorgawi, terima kasih atas pengajaran-Mu yang kami terima pagi ini. Mampukanlah dan kuatkanlah kami untuk selalu menguji niat dari setiap tindakan kami. Jauhkanlah kami dari godaan perbuatan yang bertujuan untuk kemuliaan dan kepentingan egoisme kami sendiri. Amin. (Tim Adminweb).