Bacaan: Ayub 37:1-24.
Yang Mahakuasa, yang tidak dapat kita pahami, besar kekuasaan dan keadilan-Nya; walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak menindasnya. (Ay 37:23).
Renungan:
Mari melihat ke langit yang membentang luas. Sejauh mata memandang, langit itu seolah-olah tak berujung, tak terukur, dan tak terjangkau. Hati kita menjadi berdebar-debar, bercampur baur perasaan kita, karena kekaguman, ketakutan, atau perasaan kita yang lainnya.
Bacaan Kitab Suci pagi ini menerangkan, Elihu mengingatkan akan kebesaran Allah yang menciptakan dan mengatur semuanya, seperti guruh yang menggelegar disertai kilat petir, salju dan hujan deras, serta badai yang mengerikan (1-6, 8-13). Seperti yang dinyatakan dalam Kejadian 1, Allah berfirman, maka semuanya jadi.
Elihu memakai fenomena alam sebagai suatu bentuk peringatan Tuhan atas dosa yang dilakukan manusia. Allah, yang sulit dipahami dan dijangkau oleh manusia, berbicara lewat tanda-tanda alam agar manusia melakukan introspeksi diri (7).
Saudara-saudaraku terkasih, kita secara umum berpandangan, bahwa penderitaan cenderung dimaknai sebagai akibat dosa dan hukuman Allah. Dalam hal ini, Elihu juga memiliki pandangan yang sama. Pandangan ini merupakan refleksi dari pandangan ortodoks masyarakat pada waktu itu. Ada hubungan sebab-akibat di dalam penderitaan yang dialami Ayub. Menurut Elihu, penyebabnya adalah ketidaktaatan Ayub kepada Tuhan. Karena itu, sangat wajar bila Tuhan murka dan memalingkan wajahnya dari Ayub karena dosa-dosanya.
Atas dasar itu, Elihu meminta Ayub memerhatikan keajaiban-keajaiban Allah (14). Ia menasihati Ayub dengan menceritakan kebesaran dan keadilan Tuhan (15-22). Berkali-kali ia mengatakan bahwa kebesaran Allah tidak terselami oleh pikiran manusia. Ayub yang adalah manusia terbatas tidak akan sanggup memahami kuasa Allah (23-24).
Allah kita memang berdaulat atas segala sesuatu. Ia mengawasi semua hal yang terjadi pada kita. Namun, bukan berarti penderitaan yang dialami umat-Nya semata-mata terjadi sebagai hukuman. Tuhan mendatangkan dan mengizinkan semua itu sebagai ujian, agar iman kita tetap teguh di dalam Dia.
Saudara-saudara terkasih, ketika ujian hidup menimpa kita, mari kita memandang kebesaran Allah. Percayalah, bahwa Allah sanggup dan akan menolong umat-Nya dengan kuasa-Nya.
Doa:
Tuhan Bapa sorgawi, terima kasih atas rahmat dan berkat yang Engkau curahkan dalam hidup kami. Ajarilah dan mampukanlah kami untuk mengerti bahwa kuasa-Mu tak terbatas dan tak terselami oleh kekuatan kami. Ajarilah kami mengerti bahwa Engkau pasti menolong dan memampukan kami melewati segala ujian yang kami lalui. Amin.
***
Renungan singkat ini disusun ulang dari catatan (tafsir) Alkitab terbitan YLS Sabda.