Bacaan: Lukas 17:1-4.
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini.” (Lukas 17:1-2).
Renungan:
Batu kilangan adalah perkakas jaman dahulu yang digunakan untuk menggiling biji-bijian, seperti: gandum, kacang, dan sebagainya. Wujud batu kilangan sendiri adalah dua lempeng batu besar berbentuk bundar yang ditumpuk. Proses penggilingan biji-bijian seperti gandum atau kacang diperoleh dari gesekan antara 2 lempeng batu besar tersebut.
Batu kilangan masyarakat Yahudi jaman dahulu diameternya sekitar sekitar 50 cm. Tentunya termasuk perkakas yang besar. Beratnya sebanding dengan berat orang pada umumnya.
Pernyataan Yesus dalam bacaan pagi ini juga mengupas tentang batu kilangan. Yesus berkata, dalam kehidupan nyata tidak mungkin tidak akan ada penyesatan. Penyesatan dapat berupa pikiran, perkataan, atau tindakan yang menyesatkan. Penyesatan dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, di mana saja, ketika seseorang tidak mampu menguasai diri sehingga dirinya jatuh dikuasai roh penyesat.
Bacaan pagi ini memberikan peringatan keras dan tegas, bahwa orang yang melakukan penyesatan bakal celaka hidupnya. Orang yang menyesatkan digambarkan akan lebih apabila baik batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu dilemparkan ke laut. Orang yang menyesatkan lebih baik dibuang ke laut dan dibiarkan menemui ajalnya dengan cara direndam dengan pemberat batu kilangan. Artinya, dibiarkan mati dengan cara mengenaskan.
Peringatan Yesus yang keras dan tegas ini bukan berarti Yesus kehilangan kesabaran dan tidak mengasihi manusia. Yesus justru mengasihi manusia dan memberikan kebebasan kepadanya dalam mempergunakan sepenuh hati, akal budi, dan rohnya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Kita diberi kebebasan menjadi umat yang bertanggung jawab, dan bakal memetik tuaiannya masing-masing. Bagi yang tidak mau berkesadaran diri juga akan memetik hasilnya, yaitu mengalami kondisi celaka diri dan celaka bagi orang lain.
Saudaraku terkasih, agar kita terbebas dari celaka, maka Yesus meminta kita untuk senantiasa MENJAGA DIRI. Kita juga diminta untuk menjaga sesama kita. Apabila ada orang yang berbuat dosa, kita diminta untuk menegornya, dan jika ia mengakui kesalahannya, kita diminta mengampuni. Bahkan jika dalam sehari ia sampai berbuat salah tujuh kali pun, kita tetap diminta untuk mengampuninya.
Demikian pula kita sendiri juga bisa terjatuh dalam perbuatan dosa. Menjaga diri berarti kita dengan jujur dan rendah hati mengakui perbuatan dosa ketika terjatuh, meminta maaf kepada orang yang terluka karena dosa dan perbuatan salah kita, dan memohon ampunan kepada Tuhan. Dalam setiap ibadah Minggu, gereja-gereja tradisional senantiasa menyelenggarakan pengakuan dosa. Di sinilah pengampunan akan diberikan Tuhan kepada umat yang dengan jujur dan rendah hati mengakui kesalahan dan dosa.
Doa:
Tuhan Allah Bapa kami, terima kasih atas firmanMu hari ini agar kami menjaga diri dan tidak membuat celaka diri dan celaka bagi orang lain. Ampunilah Tuhan bila tingkah ujarku melukai orang lain. Mampukanlah dan kuatkanlah agar selalu dapat menjaga diri. Amin. (Tim Adminweb).