Bacaan: Amsal 8:4-21 dan Efesus 5:15-20
Nats Bacaan:
“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.” (Efesus 5:15).
Renungan:
Setiap hari kita menjalani kehidupan di tengah keluarga, pekerjaan, sekolah, dan lingkungan sosial. Dalam semua itu, kita terus-menerus dihadapkan pada pilihan: apakah kita akan hidup dengan bijaksana menurut kehendak Tuhan, atau menuruti keinginan dunia yang penuh tipu daya?
Sering kali, tanpa sadar, kita lebih memilih jalan yang mudah tapi tidak bijak. Kita lebih suka marah daripada menahan diri, lebih suka bermalas-malasan daripada bekerja sungguh-sungguh, dan lebih memilih mengeluh daripada mencari solusi.
Namun, bacaan pagi ini dari Amsal 8 memberikan penggambaran yang sangat indah tentang hikmat. Ia berseru dengan lantang, bukan hanya kepada orang pintar atau berpendidikan tinggi, tetapi kepada semua orang — termasuk mereka yang “tak berpengalaman dan bodoh.” Hikmat Allah tidak elitis, melainkan tersedia bagi siapa saja yang mau merendahkan hati dan mencarinya.
Hikmat bukan sekadar teori. Ia praktis — membawa kita kepada kebenaran, keadilan, dan hidup yang diberkati. Bahkan firman Tuhan mengatakan bahwa hikmat lebih berharga daripada emas dan perak. Tapi dunia mencoba membutakan mata kita, membuat kita lebih tertarik pada kekayaan dan kenyamanan sementara.
Efesus 5:15–20 pun mengingatkan: “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”
Hidup yang sembrono, yang hanya mengejar kesenangan sesaat, akan menjauhkan kita dari kehendak Allah. Sebaliknya, hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus akan menghasilkan pujian, ucapan syukur, dan kasih—baik kepada Tuhan maupun sesama.
Mari kita memilih hidup yang penuh hikmat. Jangan sekadar hidup, tapi hiduplah sebagai anak-anak Allah yang mencerminkan terang-Nya. Bukan mengikuti dunia, tapi mengikuti hikmat dari Allah — karena di sanalah terdapat hidup yang sejati.
Refleksi Pribadi:
- Apakah saya sudah sungguh-sungguh mencari hikmat Tuhan dalam setiap keputusan hidup saya?
- Apakah waktu saya banyak dihabiskan untuk hal yang sia-sia atau untuk hal yang membangun iman?
- Apakah saya membiarkan Roh Kudus memimpin hidup saya, atau masih dipimpin oleh keinginan daging?
Doa :
“Tuhan, ajarilah aku untuk hidup dengan bijaksana, bukan sebagai orang bebal. Berikan aku hati yang lapar akan hikmat-Mu dan pimpin aku oleh Roh Kudus-Mu, agar hidupku menjadi pujian bagi nama-Mu. Amin.” (Kintan Limiansi – Prambanan).