Bacaan: Markus 10:35-45.
Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. (Mark 10:45).
Renungan:
Berapa banyak di antara kita dulu sewaktu kecil yang bercita-cita menjadi pelayan? Pelayan maksudnya benar-benar menjadi jongos, batur, perewang atau pekathik. Kelihatannya tidak ada di antara kita yang bercita-cita seperti itu. Cita-cita ideal tentu menjadi pejabat atau pegawai pangreh praja, jaksa, hakim, polisi, tentara, dokter, perawat, guru, dan sejenisnya. Masyarakat Jawa sering memberikan gambaran ideal golongan profesi tersebut sebagai kaum priyayi. Golongan yang diyakini sebagian besar kalangan layak menjadi suri tauladan dalam kehidupan bermasyarakat.
Bacaan Kitab Suci pagi ini nampaknya berlawanan dengan beragam jenis profesi yang digambarkan pasti memperoleh kedudukan penting, menguntungkan, terlebih menjadi kaum terhormat di tengah masyarakat. “Kamu tidak tahu yang kamu minta…,” demikian Yesus dengan tegas menjawab permintaan Yakobus dan Yohanes. Kedua murid itu meminta kepada Yesus untuk mendapatkan tempat terhormat dengan duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus dalam kemulian-Nya kelak.
Yesus menegaskan, bahwa kedatangan Mesias dalam diri-Nya dalam dunia membawa perubahan tatanan hidup yang revolusioner. Pandangan tentang kemuliaan dan kehormatan berbeda, bahkan berkebalikan dengan pandangan yang selama ini diyakini masyarakat pada umumnya. Para murid masih berpandangan bahwa Mesias datang penuh dengan kemuliaan, hebat, berwibawa, dihormati, ditinggikan, dan menjadi raja dunia. Karena itu membuat para murid tergiur untuk “ndherek kamukten” dengan bisa duduk di sebelah kanan dan kiri kursi kehormatan yang diduduki.
Yesus mengajarkan, bahwa Mesias harus menderita. Yesus mengubah dan meruntuhkan pemahaman para pengikut-Nya. Mesias datang untuk melayani, bukan untuk dilayani. Ia datang bagi orang lain, bagi umat manusia. Ia mengorbankan diri-Nya, memberikan hidup-Nya.
Bacaan Kitab Suci pagi ini mengingatkan kita semua, bahwa untuk menjadi orang besar, maka pengikut Yesus harus menjadi pelayan dan menjadi hamba satu sama lain. Menjadi hamba berarti siap untuk selalu berkorban bagi kepentingan dan kebaikan orang banyak.
Berani dan siapkan kita menanggalkan baju kebesaran kaum priyayi? Menjadi pelayan, hamba, jongos, pekathik? Selamat melayani, bukan dilayani.
Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah mengingatkan agar kami senantiasa memiliki hati melayani bukan dilayani. Menjadi pelayan, bukan menjadi tuan dan puan. Ajarilah dan mampukanlah kami untuk meneladani-Mu menjadi pelayan yang rendah hati, mau berkorban bagi kepentingan banyak orang. Amin. (JJW, Kulwo).