Bacaan: Roma 15:7-13.
Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah. (Roma 15:7).
Renungan:
Sapardi Joko Damono adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan 1970-an yang karya puisinya fenomenal. Ia pernah menjadi editor beberapa majalah seperti: Horison, Basis, Kalam, Pembinaan Bahasa Indonesia, dan Tenggara (majalah di Malaysia). Diluar kesibukannya menjadi sastrawan, ia juga menjadi guru besar pengajar sastra dan budaya di Universitas Indonesia Jakarta.
Sapardi dikenal melalui karya puisinya mengenai hal-hal sederhana namun penuh makna kehidupan, sehingga beberapa di antaranya sangat populer, baik di kalangan sastrawan maupun khalayak umum. Salah satu karya puisinya yang sangat populer dan membekas di hati khalayak adalah puisi yang berjudul Aku Ingin. Berikut petikan 2 bait puisi yang fenomenal itu:
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Melalui karyanya, Sapardi mengajak kepada sesiapapun untuk mencintai dengan sederhana, apa adanya, tidak berpura-pura. Apalagi mencintai dengan pamrih untuk mendapatkan sesuatu yang diincarnya. Ia menegaskan, pentingnya mencintai adalah mencintai yang tumbuh dari kedalaman hati karena tanggung jawab hidup manusia adalah mencintai sesama dan seluruh ciptaan.
Penyair ini menggambarkan mencintai dengan sederhana adalah sebagaimana kayu yang mencintai api yang telah meluluh-lantakkan kayu tersebut menjadi abu karena terbakar. Mencintai dengan sederhana adalah sebagaimana awan yang tak sempat menyampaikan isyarat kepada hujan yang membuat awan hilang menjadi tidak ada.
Lantas, apa hubungannya antara puisi mencintai dengan sederhana dengan bacaan Kitab Suci pagi hari ini? Rasul Paulus menekankan pentingnya menerima satu sama lain. Apa yang membuat kita bisa menerima satu sama lain? Cinta atau kasih adalah dasar dari segala sesuatu. Lebih tepat lagi adalah agape, istilah dalam bahasa Yunani yang berarti cinta yang tidak mementingkan diri sendiri, atau cinta tanpa batas, atau cinta tanpa syarat. Cinta agape tidak pernah egois.
Rasul Paulus mengajak kita agar menerima satu sama lain. Ia menegaskan, Yesus Kristus saja menerima kita apa adanya apapun kondisinya, karena itu tak ada alasan untuk menolak teladan yang telah Kristus lakukan dalam menerima kita apa adanya.
Mencintai apa adanya memang tidak mudah. Menerima satu sama lain apa adanya terkadang membutuhkan pengorbanan. Kita sudah berupaya mengasihi orang lain apa adanya, tetapi kita terkadang justru dimanfaatkan atau malah disakiti oleh yang kita kasihi. Karena itu, Rasul Paulus senantiasa mengajak untuk meneladani apa yang dilakukan Yesus Kristus yang tetap mencintai meskipun malah disakiti bahkan sampai dibunuh.
Apa yang menjadi tujuan dari menerima satu sama lain? Paulus menegaskan, tujuannya untuk kemuliaan Allah. Maksudnya adalah menerima satu sama lain bukan untuk kepentingan diri kita sendiri atau karena ada maksud tertentu. Menerima satu sama lain adalah karena kemestian pertanggungjawaban sebagai sesama ciptaan Allah, karena tujuan akhir ciptaan adalah hidup untuk memuliakan Sang Pencipta. “Pujilah Tuhan, hai kamu semua bangsa-bangsa, dan biarlah segala suku bangsa memuji Dia.” (Roma 15:11).
Saudara-saudara terkasih, sudahkah kita menerima satu sama lain? Mari kita mencintai dengan sederhana.
Doa:
Bapa sorgawi, ajarilah dan mampukanlah kami untuk dapat menerima satu sama lain dengan apa adanya. Mampukanlah kami untuk mencintai dengan sederhana. Jauhkanlah kami dari mencintai agar kami berharap balasan kebaikan. Hindarkanlah kami dari mencintai untuk kepuasan diri. Tetapi mampukanlah kami mencintai dengan sederhana, karena cinta adalah anugerah-Mu. Amin.
***
Renungan pagi ini disusun dari Tafsir Alkitab online Yayasan Lembaga Sabda.