Mengubah Pola Pikir

Bacaan: Kisah Para Rasul 10:9-23.

Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.” (Kisah Para Rasul 10:15).

Bacaan Lainnya

Renungan:

Dunia pada jaman dahulu meyakini bangsa Israel sebagai bangsa yang mengenal Tuhan Allah, sedangkan bangsa-bangsa lain sebagai bangsa yang tidak mengenal Tuhan Allah. Oleh karena itu perkara yang halal dan yang najis sangat menjadi perhatian seksama. Orang-orang Yahudi sangat ketat menjaga kesucian hidup dan menghindar dari hal-hal yang menajiskan.

Namun demikian, perintah Allah untuk mengubah pola pikir tentang perkara najis dan halal ini telah ditegaskan pada masa para rasul Yesus Kristus berkarya. Penglihatan yang diterima Rasul Petrus di Yope membuat terang-benderang bagaimana kita harus mengubah pola pikir tentang perkara halal-najis, lebih luas lagi mengenai perkara keselamatan dari Allah yang terbuka bagi semua bangsa.

Saudaraku terkasih, pola pikir, pendirian, gagasan, tradisi dan kebiasaan kita mesti diperbarui seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, kebudayaan dan bahkan corak spiritualitas. Kita perlu belajar pola pikir yang baru. Kegagalan mengubah pola pikir dapat mengakibatkan kehadiran kita tidak lagi berdampak bagi masyarakat. Kita semua membutuhkan cara-cara baru dalam menanggapi tantangan jaman.

Pengalaman spiritual yang dialami Petrus setelah kebangkitan Kristus membuka cakrawala kita tentang kasih Allah yang terbuka bagi segala bangsa. Ia menyaksikan munculnya makanan haram dan halal disertai penegasan bahwa, “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.” Pernyataan itu menunjukkan bahwa kini Injil harus diberitakan kepada segala makhluk. Anugerah Allah tidak sebatas bagi orang Yahudi saja. Petrus diajak Allah untuk memperbarui pola pikirnya. Bagi Petrus, seorang Yahudi, ini tidak mudah, tetapi ia taat dan mau berproses bersama Roh-Nya. Petrus mau diajar Allah untuk tidak pelit dalam menyatakan kebaikan Allah bagi banyak orang.

Saudaraku, batasan-batasan dalam kehidupan tidak buruk. Tanpa batasan dan larangan, banyak orang hidup semau-maunya dan dapat saja merugikan hak yang lain. Tetapi dalam hal mengasihi dan menyampaikan kabar baik, tidak sepatutnya dibangun batasan. Kerinduan orang untuk mengenal dan mengikut Yesus tidak boleh dihambat dan dihalangi oleh tradisi, pola pikir yang sempit dan pementingan diri atau kelompok semata.

Doa:

Bapa Sorgawi, terima kasih atas pengajaran-Mu tentang cinta kasih yang terbuka, bukan kasih yang sempit dan pilih-pilih. Mampukanlah kami untuk dapat menebarkan dan meneruskan cinta kasih-Mu kepada setiap orang yang kami jumpai. Amin. (Tim Adminweb).

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *