Saat Kita Merasa Kecil, Allah Nyata Besar

Bacaan: I Samuel 17:1-23, Kisah Pr. Rasul 5:12-16.

“Lalu Daud bangun pagi-pagi, ditinggalkannya kambing dombanya pada seorang penjaga, lalu mengangkat muatan dan pergi, seperti yang diperintahkan Isai kepadanya.” (1 Samuel 17:20).

Bacaan Lainnya

Renungan:

Dalam peristiwa di Lembah Tarbantin, kita melihat dua pasukan berhadapan: Israel dan Filistin. Goliat, sang raksasa dari Gat muncul sebagai ancaman besar yang menghantui umat Tuhan selama empat puluh hari. Ia bukan hanya membawa senjata berat, tapi juga intimidasi yang menusuk batin. Bangsa Israel, termasuk Raja Saul gemetar dalam ketakutan. Gambaran ini adalah cerminan dari banyak situasi dalam hidup kita, saat tantangan tampak terlalu besar dan kita merasa begitu kecil untuk menghadapinya.

Namun, muncullah Daud. Ia bukan sebagai seorang prajurit, tetapi sebagai gembala muda yang membawa bekal untuk kakak-kakaknya. Ia datang tanpa baju zirah, tanpa niat berperang, namun dengan keberanian yang berasal dari relasi pribadinya dengan Allah. Daud tidak gentar karena ia mengenal siapa Tuhannya. Ia tidak melihat Goliat lebih besar daripada dirinya, melainkan lebih kecil dibandingkan dengan kuasa Allah. Ini adalah panggilan bagi kita untuk tidak menilai keadaan dari sudut pandang manusia semata, tetapi dengan iman yang percaya bahwa Allah yang menyertai kita jauh lebih besar dari masalah yang kita hadapi.

Sementara itu, dalam Kisah Para Rasul, kita melihat gambaran lain tentang kuasa Allah yang bekerja. Kali ini melalui para rasul, khususnya Petrus. Banyak tanda dan mujizat terjadi, bahkan bayangan Petrus saja dipercayai bisa menyembuhkan orang sakit. Namun yang lebih menakjubkan bukanlah mujizatnya, melainkan bagaimana iman dan kasih Tuhan menyentuh begitu banyak orang hingga jumlah orang percaya terus bertambah. Persekutuan yang erat, pelayanan yang penuh kasih, dan kuasa yang menyembuhkan menjadi kesaksian nyata tentang hadirat Allah di tengah umat-Nya.

Kedua kisah ini berbicara tentang keberanian yang sejati, bukan sekadar tidak takut, melainkan keyakinan penuh bahwa Allah hadir dan bekerja. Daud melangkah maju bukan karena kepercayaan diri, tapi karena kepercayaannya pada Allah. Demikian pula para rasul melayani bukan karena kehebatan pribadi, tetapi karena Roh Kudus yang memampukan mereka. Keberanian dan kuasa ini bukan milik masa lalu semata, tapi juga milik kita hari ini, jika kita hidup dalam hubungan yang dekat dengan Allah.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, renungan ini mengingatkan kita bahwa musuh bisa datang dalam berbagai bentuk: ancaman, penyakit, ketakutan, atau keraguan. Namun Allah yang sama yang menyertai Daud dan yang bekerja melalui para rasul, juga menyertai kita hari ini. Ketika kita melangkah dalam iman, kuasa-Nya akan nyata. Ketika kita hidup dalam persekutuan, kesatuan hati, dan ketulusan, maka dunia akan melihat cahaya Kristus melalui hidup kita.

Doa Penutup:

Tuhan Allah Bapa di Surga, di tengah ketakutan, tantangan, dan kelemahan kami, ajarilah kami untuk percaya seperti Daud, untuk melangkah dengan iman walau musuh tampak besar. Tanamkan dalam kami hati yang peka akan hadirat-Mu. Kami serahkan hari ini dalam pimpinan-Mu, dan kami mau percaya: Engkaulah yang berperang bagi kami. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin. (Kintan Limiansi – Prambanan, Sleman).

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *