Bacaan: Habakuk 2:5-11, I Yohanes 5:1-5, 13-21.
“Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.” (1 Yohanes 5:4).
Alkisah:
Saudara-saudari terkasih, saya ingin sedikit bercerita.
Di sebuah desa kecil, berdirilah rumah Pak Ruben yang megah dan rapi. Di garasinya berjejer mobil dan motor. Di dalam rumahnya terpajang lukisan indah dan kursi “babon angrem” yang klasik nan mewah. Namun, anehnya, rumah itu sunyi, tak pernah terdengar tawa.
Setiap pagi, Pak Ruben selalu membuka internet banking sebelum berdoa. “Aku harus kerja lebih keras supaya tidak kekurangan,” katanya kepada istrinya. Pak Ruben tak pernah merasa cukup. Ia terus sibuk menimbun harta, seolah ketenangan hidup bergantung pada jumlah yang dimiliki. Hingga ia tak memiliki waktu untuk sekedar mendengarkan cerita anak-anaknya.
Suatu hari, Pak Ruben terserang penyakit jantung dan harus dirawat di rumah sakit. Ia terbaring lemah, ditemani suara mesin medis. Malam itu, ia melihat seorang petugas kebersihan makan bekal sederhana sambil tertawa lewat video call bersama keluarganya. Tawa itu menampar hatinya. “Aku punya segalanya, tapi hatiku kering,” bisiknya pelan.
Setelah sembuh, Pak Ruben pulang dengan tubuh lemah namun hati yang baru. Ia mulai duduk di teras rumah, menyapa tetangga, bercakap dengan anak-anaknya, dan menanam pohon mangga di halamannya.
Ketika pohon itu berbuah, anak-anak kecil sering memetik sambil tertawa riang. Melihat mereka, Pak Ruben tersenyum dan berkata pada istrinya, “Ternyata rasa cukup bukan datang dari berapa banyak yang kita punya, tapi dari hati yang tahu bersyukur atas setiap kasih yang Tuhan beri..”
Renungan:
Habakuk menulis tentang orang yang menimbun kekayaan dan “membangun sarang di tempat tinggi” (Habakuk 2:9). Orang itu berpikir dirinya aman karena harta dan kuasa, padahal ia sedang membangun kehancurannya sendiri. Keserakahan selalu menyamar sebagai rasa aman, tapi sebenarnya ia mencuri kedamaian dari hati kita.
Kisah Pak Ruben adalah cerminan nyata dari pesan Habakuk itu.
Ia hidup dalam kecukupan materi, tapi miskin dalam sukacita. Ia menimbun banyak hal, namun kehilangan yang paling penting yaitu kasih dan kehadiran. Baru setelah kehilangan kesehatan dan kesibukannya, ia menemukan kembali makna hidup yang sejati.
Dalam 1 Yohanes 5:4 kita diingatkan bahwa yang lahir dari Allah mengalahkan dunia. Kemenangan itu bukan dengan menimbun lebih banyak, melainkan dengan percaya kepada Yesus Kristus.
Dan di ayat 13-21, Yohanes menutup dengan jaminan lembut: kita boleh datang kepada Tuhan dan meminta apa saja sesuai kehendak-Nya, karena Ia mendengar dan menjawab doa kita.
Iman kepada-Nya membuat hati kita tenang, karena kita tahu sumber berkat bukan dari kerja keras semata, tetapi dari kasih Tuhan yang memelihara. Memelihara melalui orang terkasih di sekitar kita. Mari tengok sekeliling kita, ada anak yang rindu kita sapa, istri atau suami yang menunggu pelukan hangat, dan sanak saudara yang ingin kita dengar.
Doa: Tuhan Yesus, ajari kami untuk belajar merasa cukup dengan berkat yang Engkau berikan. Tuntun kami untuk selalu hidup dalam penuh syukur atas pemeliharaan-Mu. Dan jadikan kami pribadi yang membangun hubungan yang penuh kasih dengan keluarga dan sesama. Amin. (Kintan Limiansi – Minomartani).