Bacaan: Yeremia 22:18-30; Mazmur 46; Lukas 18:15-17
“Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!” (Mazmur 46:11a)
Renungan:
Jika kita ingat waktu kecil, ketika mati lampu atau suasana gelap maka kita akan memanggil orang terdekat kita. “Ayah..Ibu..aku takut gelap”, bahkan kadang sambil menangis. Namun setelah ayah atau ibu menghampiri, kita akan berpegangan dan perasaan menjadi tenang. Cerita ini mengingatkan kita bahwa rasa aman datang ketika ada siapa yang kita percayai.
Yeremia 22:18-30 menceritakan Konya bin Yoyakim yang memerintah dengan keserakahan dan penindasan. Dia hanya mengejar kuasa dan tidak memperdulikan keadilan. Tuhan menegurnya karena hati yang keras membuat jauh dari penyertaan Tuhan. Pesannya sederhana, hati yang menolak Tuhan akan kehilangan damai.
Sebaliknya, Mazmur 46 mengingatkan bahwa Tuhan menjadi tempat yang aman bagi setiap orang yang datang kepada-Nya. Dalam keadaan yang genting sekalipun, Allah mengajak kita berhenti mengandalkan diri sendiri, lalu percaya kepada-Nya. Dia sanggup memegang tangan kita.
Melalui Lukas 18:15-17, Yesus menunjukkan bahwa orang yang tulus, percaya, dan mau dituntun seperti anak kecil adalah orang yang paling dekat dengan Tuhan. Tuhan tidak mencari kesempurnaan, namun hati yang mau bersandar pada-Nya.
Ketiga bacaan di atas membawa kita pada satu kesadaran bahwa Tuhan ingin kita kembali pada sikap hati yang sederhana. Yeremia menunjukan bagaimana kesombongan menjauhkan manusia dari damai, Mazmur mengingatkan bahwa perlindungan sejati akan kita peroleh jika kita menyerahkan diri pada Tuhan, lalu Yesus mengajak kita meneladani anak kecil yang percaya, apa adanya, dan mau dituntun.
Ketiga perikop ini menolong kita melihat bahwa ketika hati kita terbuka, di sanalah Tuhan dapat bekerja menuntun hidup kita. Hati yang terbuka berarti kita siap belajar, siap dikoreksi, dan tidak memaksakan kehendak sendiri. Dalam keadaan seperti itu, kita bisa melihat tanda bahwa Tuhan berperan, misalnya dari keputusan yang kita buat membawa ketenangan, bukan kekhawatiran; memberi arah yang jelas, bukan kebingungan; dan mendorong kita melakukan tindakan yang benar walaupun itu sederhana. Itulah cara Tuhan memimpin langkah kita.
Doa:
Tuhan, lembutkan hati kami agar kami hidup dalam kerendahan hati dan percaya penuh kepada-Mu. Duduklah dalam hati kami, dan jadikan hidup kami tempat kehendak-Mu dinyatakan. Amin. (Kintan Limiansi, Minomartani).






