Berjalan Bersama Tuhan di Tengah Ketidakpastian

Bacaan: Keluaran 40:16-38 dan Kisah Para Rasul 16:35-40.

Pejabat-pejabat itu menyampaikan perkataan itu kepada pembesar-pembesar kota. Ketika mereka mendengar, bahwa Paulus dan Silas adalah orang Rum, maka takutlah  mereka. Mereka datang minta maaf lalu membawa kedua rasul itu ke luar dan memohon, supaya mereka meninggalkan kota itu. (kisah Para Rasul 16:39-40).

Bacaan Lainnya

Renungan:

Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari ketidakpastian. Tidak seorang pun yang tahu dengan pasti apa yang akan terjadi esok hari. Kita bisa merencanakan banyak hal, tetapi realitas bisa berbalik arah dalam sekejap. Dalam dunia yang penuh perubahan, ketidakadilan, dan tantangan, muncul satu pertanyaan mendasar: “Apakah Tuhan menyertai kita dalam ketidakpastian ini?”

Renungan keluarga hari ini akan membawa kita menelusuri dua kisah berbeda dari Alkitab, namun dengan pesan yang selaras. Yang pertama adalah kisah umat Israel dalam Keluaran 40:16–38—bagian terakhir dari kitab Keluaran, yang menceritakan tentang penyelesaian Kemah Suci dan kehadiran Tuhan yang menyertai perjalanan bangsa Israel. Yang kedua, kita akan merenungkan pengalaman Paulus dan Silas di penjara Filipi dalam Kisah Para Rasul 16:35–40—sebuah kisah tentang ketidakadilan, hikmat, dan keberanian iman.

Kedua bagian ini akan menolong kita melihat bagaimana Tuhan hadir dan menuntun umat-Nya di tengah keadaan yang tidak pasti, serta bagaimana seharusnya sikap kita ketika menghadapi situasi serupa.

Keluaran 40 mencatat momen penting dalam sejarah umat Israel: perintah Tuhan untuk mendirikan Kemah Suci (Tabernakel) telah dituntaskan. Musa melaksanakan semua perintah Tuhan dengan teliti dan taat. Ayat 16 menyatakan: “Musa melakukan semuanya itu; seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya, demikianlah dilakukannya.” Ayat 34-38 menunjukkan bahwa Tuhan hadir dalam bentuk awan yang menutupi Kemah Suci, dan waktu malam sebagai api. Kehadiran awan dan api bukan hanya spektakuler secara visual, tetapi juga simbolis secara spiritual. Awan dan api menjadi petunjuk perjalanan bangsa Israel. Ketika awan itu naik dari atas Kemah Suci, mereka tahu bahwa saatnya berangkat. Bila awan tetap di atas Kemah, mereka tinggal di tempat itu.

Dalam keluarga, kita sering menghadapi ketidakpastian seperti persoalan ekonomi, masa depan anak-anak, atau keputusan penting lainnya. Renungan ini mengingatkan kita untuk tidak berjalan sendiri. Tuhan ingin memimpin keluarga kita sebagaimana Ia memimpin Israel. Tugas kita adalah setia, taat, dan peka.

Dalam Kisah Para Rasul 16, Paulus dan Silas dipenjara setelah mereka mengusir roh jahat dari seorang perempuan peramal. Karena tindakan itu menyebabkan kerugian bagi tuan si perempuan, mereka dituduh secara tidak adil, dipukuli, dan dipenjara tanpa proses hukum yang layak. Sikap Paulus ini bukan karena dendam atau gengsi. Sebagai warga negara Romawi, mereka memiliki hak untuk tidak dihukum tanpa pengadilan. Paulus tahu bahwa jika ia diam, maka penganiayaan semacam ini dapat berulang terhadap jemaat di Filipi.

Kita mungkin mengalami perlakuan tidak adil di tempat kerja, sekolah, atau masyarakat. Kadang kita bingung: apakah harus diam demi damai, atau bersuara demi keadilan? Renungan ini mengajak kita untuk tidak gegabah, tetapi juga tidak menyerah. Mintalah hikmat kepada Tuhan.

Dalam padang gurun (Keluaran), Tuhan tidak membiarkan Israel berjalan sendiri. Ia hadir dalam awan dan api. Hal ini menjadi dasar bagi kita untuk percaya bahwa dalam setiap langkah hidup, keluarga kita ada dalam pandangan dan perhatian Tuhan. Demikian pula dalam penjara (Kisah Para Rasul), Tuhan tidak hanya menyelamatkan Paulus dan Silas secara ajaib, tetapi juga memberi mereka hikmat untuk menyuarakan keadilan. Ketika Musa menyelesaikan Kemah Suci, awan Tuhan turun dan memenuhi tempat itu. Ketika Paulus dan Silas menghadapi ketidakadilan, Tuhan hadir dan menyelamatkan. Dua konteks berbeda, satu pesan yang sama: Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya.

Dunia boleh berubah. Ketidakpastian boleh datang silih berganti. Tetapi jika kita mau hidup dengan peka, taat, dan berani seperti Musa, Paulus, dan Silas, maka Tuhan akan memimpin kita satu langkah demi satu langkah.

Doa:

Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau adalah Allah yang setia menyertai kami. Ketika hidup terasa tidak pasti, Engkau tetap menjadi terang dan penuntun kami. Ajarlah kami untuk peka mendengar suara-Mu, berani berdiri bagi kebenaran, dan setia dalam perjalanan bersama-Mu. Berkati setiap anggota keluarga kami agar hidup dalam tuntunan-Mu setiap hari. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin. (Lasmiyati – Kulwo).

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *