Bacaan : Roma 7:1-6
Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah. Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut. Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat. (Roma 7:4-6).
Renungan:
Jemaat terkasih, saat Tuhan Yesus datang ke dalam dunia, Ia tidak menghapuskan hukum Taurat, melainkan menggenapi hukum Taurat. Matius 5:17 berbunyi: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya”.
Jika demikian halnya, apa yang membuat orang-orang Farisi dan para ahli Taurat tidak sepaham dengan Tuhan Yesus? Bukankah menggenapi hukum Taurat sama sekali tidak menentang hukum Taurat? Yang menjadi masalah, orang-orang Farisi dan para ahli Taurat pada zaman itu membuat hukum Taurat harus dilakukan sebaik-baiknya secara tepat, tanpa mempertimbangkan kondisi yang sedang dihadapi. Hukum Taurat dikembangkan menjadi aturan-aturan yang harus dilakukan secara tepat dalam segala kondisi. Sehingga yang terjadi pada zaman itu, orang tidak mau membantu orang yang sakit pada hari Sabat karena takut melanggar batasan tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat dengan mendasari keyakinan untuk mengkuduskan hari Sabat dan hari Sabat sebagai hari istirahat.
Saudara terkasih, kedatangan Tuhan Yesus mengaruniakan anugerah pengampunan dan keselamatan, bukan atas usaha dari manusia. Manusia tidak dapat mengampuni dan membenarkan dirinya dihadapan Allah dengan mengandalkan kemampuannya sendiri. Atas karya penyelamatan Allah tersebut, manusia menanggapi dengan iman kepada Yesus Kristus. Yesus Kristus telah menjadi pendamai, menjadi titik pertemuan antara manusia dan Allah. Karena iman, manusia masuk dalam karya pendamaian itu yang terwujud dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Melalui karya Allah, melalui perdamaian oleh Yesus Kristus, hidup manusia disucikan dan dikuduskan.
Lalu bagaimana dengan kita? Apa yang harus kita lakukan menanggapi karya penyelamatan Allah?.
Pertama, senantiasa bersyukur. Rasa syukur harus menjadi bagian dalam hidup kita setiap saat. Tentu bukan hanya akan memberikan ketenangan dan semangat dalam hidup kita, lebih dari itu rasa syukur atas karunia Tuhan akan membawa pengharapan bagi hidup kita kedepan. Kedua, pada ayat 4: berbuah untuk Allah. Kita diharapkan untuk dapat hidup menjadi berkat dalam kehidupan kita dan mendasarkan hidup kita pada kasih Allah. Ketiga, pada ayat 6: melayani dalam keadaan baru.
Sebagai umat tebusan, kita harus meninggalkan cara hidup lama menurut daging dan menjalani hidup baru menurut Roh kesucian dan kekudusan, serta hidup seturut kehendak Tuhan. Siapkah kita untuk senantiasa bersyukur, berbuah untuk Allah dan melayani dalam keadaan baru?. Tuhan Yesus memberkati kita. Amin. (Eli Martono – Gunungsari).