Dipanggil Menjadi Rumah bagi Tuhan

Bacaan: Yesaya 6:1-5, Kisah Para Rasul 7:44-53.

Lalu kataku: “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir dan aku tinggal ditengah tengah bangsa yang najis bibir. Namun mataku telah melihat Sang Raja yakni Tuhan semesta alam”. (Yes 6:5). “Langit adalah takhta-Ku. Dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku.  Rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku? Demikian firman Tuhan. Tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku? (Kis 7:49).

Bacaan Lainnya

Renungan:

Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, manusia terpisah dari Tuhan. Tuhan Kudus dan maha tinggi, sedangkan manusia najis dan penuh dosa. Dalam penglihatan nabi Yesaya, ia melihat kemuliaan Tuhan dan Yesaya merasa sebagai orang yang celaka karena memiliki bibir yang najis dan hidup di tengah bangsa Israel yang najis bibir sehingga tidak layak disebut sebagai umat Tuhan. Dalam perjalanan hidup bangsa Israel, mereka juga tidak menjunjung tinggi kemuliaan Tuhan bahkan sering mengabaikannya.

Melalui bacaan Kisah Para Rasul pagi ini, Stefanus memberikan teguran di hadapan Mahkamah Agama. Stefanus menegur dengan mengatakan apa yang harus disiapkan untuk Tuhan yang maha tinggi dari kehidupan manusia. Rumah dan tempat perhentian seperti apa yang akan kita siapkan di dunia ini bagi Tuhan yang maha suci.

Hidup orang Kristen harus senantiasa menjaga kekudusan Tuhan. Hal itu  terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Menjaga kesucian Tuhan juga harus dilakukan di setiap langkah hidup kita, baik di gereja, di rumah, di tempat bekerja dan di masyarakat, serta di manapun kita berada. Sikap hidup yang demikian yang menunjukkan sikap hidup orang benar. Itulah panggilan kita untuk selalu menjadi pelaku firman.

Sebagaimana Yesaya yang siap  dipanggil untuk Tuhan, saat ini kita juga dipanggil untuk  mewartakan kemuliaan Tuhan, kabar sukacita dan kabar keselamatan dari Tuhan. Setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi kemah dan perhentian bagi Tuhan. Sehingga Tuhan berkenan untuk tinggal dan berdiam di dalam kita.

Tuhan Yesus memberkati kita. Amin. (Anik Wahyuni Yuliansih – Gunungsari).

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *