Hikmat Sejati Dimulai dari Hati yang Mau Belajar

Bacaan: Amsal 4:1-9, Lukas 2:41-52

“Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi Allah dan manusia.” (Lukas 2:52)

Bacaan Lainnya

Renungan:

Pada tahun 2012, dunia terkejut mendengar kisah seorang gadis Pakistan berusia 15 tahun bernama Malala Yousafzai yang ditembak karena memperjuangkan pendidikan perempuan. Namun yang lebih mencengangkan adalah bagaimana gadis muda ini menunjukkan kebijaksanaan yang melampaui usianya. Ketika menghadapi ancaman maut dan tekanan luar biasa, Malala tidak membalas dengan kebencian. Sebaliknya, ia berkata, “Satu anak, satu guru, satu buku, dan satu pena dapat mengubah dunia.” Dalam momen-momen kelam ketika banyak orang dewasa akan hancur secara mental, Malala justru menunjukkan keteguhan hati yang luar biasa. Ia memilih untuk tetap berpegang pada prinsip perdamaian dan pendidikan, bahkan ketika dunianya runtuh. Kebijaksanaannya yang melampaui usia membuatnya menjadi penerima Nobel Perdamaian termuda dalam sejarah. Ia menginspirasi jutaan orang di dunia untuk tidak pernah menyerah memperjuangkan kebenaran.

Dalam Amsal 4:1-9, Salomo dengan penuh kasih mengajak kita untuk mendengarkan nasihat dengan hati yang terbuka: “Hai anak-anak, dengarkanlah didikan ayah, dan perhatikanlah, supaya kamu mengerti.” Hikmat sejati bukan hanya soal pengetahuan intelektual, tetapi tentang kerendah-hatian untuk menerima pembelajaran. Pasal ini menekankan bahwa hikmat adalah “yang terutama” dan kita harus “memperolehnya dengan segala yang kita punyai.” Sementara itu, dalam Lukas 2:41-52, kita melihat Yesus di usia 12 tahun yang sudah menunjukkan hikmat luar biasa saat berdiskusi dengan para ahli Taurat di Bait Allah. Yang menarik adalah ayat 52: “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi Allah dan manusia.” Ini menunjukkan bahwa Yesus pun terus bertumbuh dalam hikmat. Hikmat merupakan proses pertumbuhan yang berkelanjutan, bukan pencapaian final. Kedua perikop ini mengajarkan bahwa hikmat bukanlah privilege usia, melainkan hasil dari hati yang haus akan kebenaran Allah dan kerendahan hati untuk terus belajar. Hikmat bukanlah tentang mencapai kesempurnaan instan, melainkan tentang komitmen seumur hidup untuk terus bertumbuh dalam pengenalan akan Allah.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi “murid seumur hidup” yang tidak pernah berhenti belajar dari Tuhan. Pertama, kita perlu memiliki hati yang seperti anak kecil – penuh rasa ingin tahu dan tidak merasa sudah tahu segalanya. Kedua, ketika menghadapi tantangan hidup, alih-alih panik atau putus asa, kita dapat memilih untuk melihatnya sebagai kesempatan untuk bertumbuh dalam hikmat. Ketiga, kita dapat melihat setiap tahap kehidupan sebagai kesempatan untuk mendalami aspek-aspek baru dari karakter Allah. Dalam masa muda, kita belajar tentang kasih Allah; dalam dewasa, tentang kesetiaan-Nya; dalam masa tua, tentang hikmat-Nya yang tak terbatas. Seperti Malala yang memilih pembelajaran daripada kebencian, atau seperti Yesus muda yang memilih untuk bertumbuh dalam hikmat, kita pun dapat memilih untuk terus belajar dari setiap situasi yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita. Mari kita tidak mengandalkan hikmat duniawi yang sementara, tetapi hikmat Allah yang kekal dan mengubah hidup.

“Hikmat sejati bukan datang dari banyaknya tahun yang kita jalani, tetapi dari seberapa dalam kita membiarkan Allah mengajar hati kita dalam setiap hari yang Dia berikan.”

Doa:

Ya Tuhan, kami mengakui bahwa sering kali kami merasa sudah cukup bijak dengan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Ampunilah kesombongan hati kami. Berikanlah kepada kami hati yang seperti anak kecil – selalu haus untuk belajar dari-Mu. Tolonglah kami untuk tidak mengandalkan hikmat duniawi yang sementara, tetapi senantiasa mencari hikmat-Mu yang kekal. Dalam setiap tantangan dan pergumulan hidup, berikanlah kami mata untuk melihat pelajaran yang Engkau ingin ajarkan. Kuatkanlah kami untuk tetap berpegang teguh pada kebenaran-Mu, bahkan ketika dunia di sekeliling kami berguncang. Jadikanlah kami murid-murid-Mu yang setia seumur hidup. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami. Amin. (Kintan Limiansih – Banguntapan).

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *