Jujur Sempulur

Bacaan: Roma 7:14-25.

Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. (Roma 7:14-15).

Bacaan Lainnya

Renungan:

Pasti kita pernah mendapatkan nasihat dari orang tua agar “jujur“. Jujur adalah sikap perilaku yang ditandai kesesuaian antara perkataan dan perbuatan, tidak berbohong atau menipu. Kejujuran merupakan nilai moral yang penting dalam kehidupan. Ia menjadi pondasi utama dalam keterhubungan manusia dengan Tuhan dan sesama.

Para orang tua kita juga sering mengatakan ungkapan “jujur dimen sempulur“. Bersikap dan berperilaku jujur menjadi landasan penting karena kejujuran membuahkan hidup yang berkemudahan, mengalami kemajuan, dan lestari. Karena itu, para orang tua kita dulu sering memakai kata “sempulur” sebagai harapan kepada bayi dan anak agar kelak dalam kehidupannya mendapatkan rejeki yang lancar dan berlimpah.

Melalui bacaan Kitab Suci pada pagi ini, Rasul Paulus menekankan pentingnya sikap dan perilaku hidup yang jujur. Dengan gamblang Rasul Paulus menuliskan bahwa hukum Taurat adalah rohani. Ia ingin menyatakan bahwa sikap dan perilaku mengikuti hukum Taurat adalah sikap perilaku yang rohani, sikap dan perilaku yang berkenan di hadapan Allah. Namun, Paulus jujur mengakui bahwa dirinya tidak mampu hidup menurut tuntunan hukum Taurat. Paulus jujur mengatakan ia bersifat daging, terjual atau terbelenggu di bawah kuasa dosa. Apa yang Paulus benci, justru itulah yang dia perbuat.

Saudaraku yang terkasih, sikap terus terang dan jujur dari Rasul Paulus ini mengajarkan kepada kita agar kita tidak terjebak pada godaan hidup yang berpura-pura indah, hidup yang seolah-olah baik-baik saja secara rohani, dan sejenisnya. Paulus memberikan teladan dengan mengakui secara jujur bahwa dirinya bersikap daging, artinya dirinya juga memiliki kelemahan sebagaimana lumrahnya manusia.

Namun, Rasul Paulus memberikan kunci penting. “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (ayat 24-25). Paulus mengaku, bagaimana dirinya mampu melawan godaan keinginan daging itu adalah dengan cara hidup menyandarkan diri kepada Allah. Mari, senantiasa “jujur dimen sempulur“, senantiasa jujur mengakui kelemahan diri yang sering tergoda keinginan duniawi. Mari membiarkan Roh Kudus yang menuntun hidup kita.

Doa:

Allah Bapa Surgawi, terima kasih Tuhan atas penyertaan-Mu dalam setiap langkah hidup kami. Tuhan, apabila mengingat kehidupan kami, masih sering kami terjatuh dalam perbuatan-perbuatan yang tidak seturut kehendak-Mu, dan masih sering kami tidak mau jujur mengakui di hadapan-Mu. Mohon ampunan-Mu ya Tuhan. Ajarilah agar kami bertindak jujur. Kami serahkan hidup kami dalam tuntunan Roh Kudus-Mu. Amin. (Tim Adminweb/Joko Yanuwidiasta).

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

11 Komentar