Bacaan: Lukas 22:39-46.
Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” (Lukas 22:40).
Renungan:
Menjalani kehidupan tentu tak dapat lepas dari aneka rupa permasalahan. Hidup terkadang sampai dilanda kekalutan teramat sangat manakala kita sedang menghadapi permasalahan berat. Perasaan terkadang menjadi campur aduk tidak karuan, ada rasa pasrah tak berdaya, ketakutan, kekhawatiran, tidak tahu harus berbuat apa, dan lain sebagainya.
Apakah mengalami ketidakberdayaan, merasa kalut, takut, dan khawatir itu salah? Tidak juga. Kita selagi hidup tak dapat menghindar dari perkara seperti ini. Pernah mengalami ketidakberdayaan, kekalutan, ketakutan, dan kekhawatiran adalah tanda alamiah bahwa kita masih menjadi manusia waras yang sebenar-benarnya. Mengalami hal-hal seperti itu berarti kita berkesempatan untuk dapat mengatasi dan melampaui penderitaan dengan cara yang sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya.
Bacaan Kitab Suci pagi ini berisi tentang kisah Yesus dan para muridnya yang sedang keluar dari keramaian dan menyepi sejenak ke Bukit Zaitun. Mereka merasa memerlukan untuk menyepi sejenak untuk menguatkan diri menghadapi aneka rupa peristiwa dalam perjalanan mewartakan kabar baik. Bagaimana cara menguatkan hati? Sebelum Yesus menyendiri untuk berdoa, Ia meminta kepada para murid supaya berdoa supaya jangan jatuh ke dalam pencobaan.
Yesus secara pribadi memerlukan waktu untuk mencurahkan isi hati kepada Sang Bapa. “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (ayat 42). Ini adalah ungkapan yang menunjukkan betapa berat apa yang Yesus rasakan dan alami. Memasrahkan diri secara penuh kepada kehendak Sang Bapa menjadi cara Yesus untuk memulihkan diri dari beban berat dan kekalutan yang sedang melanda. Setelah selesai menyendiri dan berdoa, Yesus kembali menjumpai para murid-Nya. Namun Dia menjumpai mereka tertidur karena perasaan berduka.
Saudaraku terkasih, ketika kekalutan sedang melanda, marilah kita menepi dan menyepi sejenak. Berdoa adalah cara yang diteladankan Yesus untuk mencurahkan isi hati kita kepada Allah Bapa, sekaligus cara kita memulihkan diri agar mampu menghadapinya dengan kesegaran baru dan kekuatan dari-Nya Sang Pemberi Hidup.
Doa:
Allah Bapa Sorgawi, terima kasih hari ini Engkau telah ingatkan kami akan pentingnya kami untuk menyepi dan berdoa. Kami mengingat Engkau ya Tuhan, dan menyerahkan segala permasalahan yang kami hadapi untuk mendapatkan campur tangan Tuhan. Amin. (Tim Adminweb).
