Melepaskan Kemelekatan

Bacaan: Lukas 14:25-33.

Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. (Lukas 14:33).

Renungan:

Bacaan Lainnya

Kemelekatan adalah sikap mental yang melekat erat pada suatu benda, seseorang, atau gagasan, yang ditandai dengan penilaian berlebihan, rasa ingin memiliki, dan keengganan untuk berpisah. Menurut berbagai ajaran spiritualisme termasuk kekristenan, kemelekatan menjadi salah satu sumber penderitaan dalam hidup. Untuk mengatasi kemelekatan, maka diperlukan latihan batin seperti meditasi untuk melepaskan rasa memiliki, menerima segala sesuatu sebagaimana adanya, dan memahami bahwa hidup senantiasa berubah untuk mencapai kebebasan dan kedamaian batin.

Bacaan Injil Lukas pagi ini juga menyinggung perihal kemelekatan itu. Kemelekatan bahkan menjadi penghalang seseorang untuk dapat menjadi pengikut Yesus. Menjadi pengikut Yesus Kristus yang sebenar-benarnya membutuhkan pengorbanan untuk melepaskan sesuatu yang membuat seseorang terikat dan bergantung kepadanya, entah itu kekayaan barang, uang, orang, dan kuasa atau paham yang membelenggu hidup.

Yesus menegaskan bahwa seseorang tidak dapat menjadi murid-Nya apabila ia masih enggan melepaskan keterikatan dan rasa memiliki yang berlebihan terhadap harta yang dipunyai, terhadap ayah, ibu, anak, saudara, bahkan terhadap nyawanya sendiri (ayat 26). Artinya menjadi pengikut Kristus membutuhkan kepasrahan utuh. Pasrah yang tidak lagi menoleh ke kiri-kanan kepada hal mengikat seperti pada benda duniawi, orang, dan hal-hal duniawi lainnya.

Saudaraku yang terkasih, kita bersyukur karena senantiasa diingatkan untuk benar-benar mampu menjadi pengikut Yesus, mampu menjadi murid-Nya yang bertanggung jawab. Saatnya kita menanggalkan segala kemelekatan terhadap keinginan berlebih untuk memiliki dan bergantung terhadap harta benda duniawi, terhadap capaian kesuksesan duniawi yang terkadang menyilaukan mata, terhadap gagasan yang sesungguhnya bertentangan dengan kehendak-Nya.

Doa:

Terima kasih atas cinta kasih-Mu ya Bapa. Engkau telah ingatkan kami untuk senantiasa memurnikan niat dan kehendak kami menjadi murid-Mu dengan cara melepaskan segala kemelekatan dan keinginan berlebih terhadap harta benda, orang, dan gagasan yang tak seturut kehendak-Mu. Kami memohon pengampunan-Mu ya Tuhan karena kami sering jatuh dalam kemelekatan yang tak menjadi perkenan-Mu. Mampukanlah kami agar menjadi murid yang bertanggung jawab. Amin. (Tim Adminweb/Joko Yanuwidiasta).

 

 

Pos terkait