Bacaan: Pengkhotbah 1:1-11; Markus 10:17-22.
“Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: ‘Hanya satu lagi kekuranganmu, pergilah juallah apa yang kau miliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Markus 10:21).
Renungan:
Pembahasan kita hari ini tentang seseorang yang ingin masuk dalam kerajaan sorga dan beroleh hidup yang kekal. Tetapi Yesus memberikan syarat yang harus dilakukan oleh seseorang tersebut. Syarat pertama sudah dilaksanakan dengan baik, dan syarat kedua, harus menjual hartanya dan berbagi kepada sesama, terutama orang miskin. Itu membuat ia mundur teratur, menunduk lesu, karena syarat itu terlalu berat untuk dilakukan, karena hartanya sangat banyak. Kenapa dia merasa berat hati untuk melaksanakan syarat kedua itu? Karena dia terlalu sayang , terlalu cinta dengan hartanya. Dia sudah bekerja banting tulang untuk mendapatkan harta itu. Tanpa kenal lelah, menguras waktu dan tenaga, masa harus berbagi dengan orang lain (eman-eman).
Adakah kita seperti seseorang tersebut, yang merasa sungkan untuk berbagi, yang merasa eman-eman hartanya berkurang untuk menolong orang lain?
Kitab Pengkhotbah 1:2 mengatakan: “Kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia”. Ternyata apa yang kita miliki di dunia ini adalah hal yang sia-sia. Bukan tidak berguna, tetapi bersifat fana dan sementara. Lalu apakah yang dimaksud sia-sia di sini? Apakah waktu yang telah kita lalui? Apakah pekerjaan yang telah kita lakukan? Atau apakah harta benda yang telah kita miliki? Semuanya itu sia-sia? Selama kita masih di dunia ini apa yang kita cari dan kita miliki semua berguna dan bermanfaat tetapi hanya sementara. Akan hilang seiring berjalannya waktu, sesuai dengan kesempatan hidup yang diberikan Tuhan kepada kita. Seperti uap yang akan cepat hilang dan seperti bunga rumput yang akan layu dan gugur. Semua begitu cepat berlalu.
Adalah suatu kebodohan jika kita memusatkan seluruh hidup untuk sesuatu yang fana dan sementara ini. Pangkat, titel, kedudukan akan tinggal kenangan jika seseorang telah meninggal, dan harta benda dunia, kekayaan yang kita miliki pun tidak akan bisa dibawa. Semua tertinggal didunia. Itulah kesia-siaan hidup.
Untuk itu saudara, selama masih ada waktu dan kesempatan, marilah kita mencari sesuatu yang tidak sia-sia, yang akan kita miliki selamanya. Miliki Yesus sebagai Allah kita, yang akan menuntun kita ke jalan kebenaran, ke jalan menuju ke kehidupan kekal. Dengan takut akan Tuhan, selalu patuh pada perintahNya, hidup yang berkenan pada Tuhan, hati yang penuh kepasrahan, kasih yang tulus kepada sesama, dengan rela berbagi kebaikan, berbagi berkat, dan apapun yang bisa kita lakukan. Libatkan Tuhan dalam segala usaha kita, waktu kita, pekerjaan kita, agar apapun yang kita miliki tidak sia-sia. Mari kita lakukan dengan sepenuh hati, jadikan hidup ini berkwalitas dan bermakna. Tuhan memberkati. Amin.
Doa:
Allah kami yang penuh kasih, kami bersyukur Tuhan atas firmanMu yang telah mengingatkan kami untuk takut dan setia kepadaMu. Untuk mengutamakan sesuatu yang kekal dan bukan yang sementara.Karena hanya kepadaMu kami berolah keselamatan dan hidup dalam kekekalan. Trimakasih Tuhan Yesus. Amin (Kusmiyati-Ngringin).