Sabar Sareh

Bacaan: Yeremia 8:4-13, Kisah Para Rasul 19:28-41.

Hal itu tidak dapat dibantah, karena itu hendaklah kamu tenang dan janganlah terburu-buru bertindak. (Kisah Para Rasul 19:36).

Bacaan Lainnya

Renungan:

Sabar sareh, dalam konteks budaya Jawa, berarti sabar dan tenang dalam menghadapi segala sesuatu. Sabar merujuk pada kemampuan menahan diri dari emosi negatif seperti marah atau putus asa, sementara sareh mengacu pada sikap tenang dan tidak terburu-buru dalam bertindak. Jadi, sabar sareh adalah sikap mental yang menggabungkan kesabaran dan ketenangan dalam menjalani kehidupan, termasuk dalam menghadapi masalah atau tantangan.

Saudaraku yang dikasihi Tuhan, bacaan kita dari Kisah Para Rasul 19:28-41 menceriterakan tentang keributan yang terjadi di kota Makedonia yang disebabkan karena rakyat terhasut oleh perkataan Demetrius seorang pengusaha perak yang sukses dengan membuat kuil kuilan dewi Artemis yang merupakan sesembahan seluruh rakyat.

Pengajaran Paulus yang menyatakan bahwa apa yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa. Ini menyulut kemarahan warga karena selama ini seluruh rakyat menyembah Dewi Artemis yang diyakini sebagai dewa penyelamat mereka.

Kemarahan dilampiaskan dengan menyeret Gayus dan Aristarkhus orang Makedonia yang juga teman seperjalanan Paulus ke Gedung Kesenian untuk diadili. Beruntung keributan tersebut dapat diredakan oleh panitera kota yang mengingatkan bahwa suatu perkara dapat diselesaikan dengan sabar dan sareh, dan jika tidak selesai juga, dapat dilanjutkan di sidang pengadilan dan pertimbangan dari gubernur. Semua masalah tidak boleh diselesaikan dengan emosi, tetapi harus diselesaikan dengan sabar sareh.

Saudaraku yang dikasihi Tuhan, sejauh mana kita dapat mengendalikan emosi kita dalam menyelesaikan masalah? Apakah kita tergolong orang yang sabar atau emosional? Apakah kita sering gegabah dalam bertindak, atau penuh pertimbangan dan sabar sareh?

Keributan yang terjadi di Makedonia mengajarkan kepada kita bahwa:

  • Kita tidak boleh terhasut oleh suatu berita yang belum jelas kebenarannya,
  • Kita tidak boleh main hakim sendiri, tetapi harus melalui jalur hukum yang benar,
  • Kita tidak boleh emosional, tetapi harus bertindak dengan sabar sareh.

Tuhan memberkati.

Doa:

Tuhan Allah yang empunya kesabaran, kami mohon ampun atas sikap emosional dan gegabah yang sering kami lalukan dalam menyelesaikan masalah kami, baik masalah pribadi maupun kelompok kami. Mampukanlah kami untuk bertindak dengan sabar sareh sehingga kami dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin (Egn. Sugeng – Ngringin).

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan ke Carson1131 Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

27 Komentar