Bacaan: Lukas 2:8-20.
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. (Lukas 2:10).
Renungan:
Shalom saudaraku.
Natal telah tiba dengan kisah menampilkan para gembala yang menyambut kelahiran bayi Yesus di kandang domba. Para penafsir menggolongkan para gembala sebagai kelompok miskin, orang papa, orang tidak terhormat, orang yang terabaikan hidup dalam kegelapan dan kotor.
Anggapan seperti ini juga sering disejajarkan dalam kehidupan spiritual manusia. Mungkinkah Yang Maha Kudus berjumpa dengan manusia yang berdosa? Jawabannya mungkin. Lebih tepatnya, Allah yang berinisiatif hingga memungkinkan perjumpaan itu terjadi. Allah berbelarasa pada manusia yang terabaikan.
Ungkapan “jangan takut” dalam nats bacaan Kitab Suci ini tak hanya ditujukkan bagi para gembala, tetapi juga ditujukan bagi seluruh bangsa. Ketakutan adalah bahasa universal yang dialami semua orang. Itulah makna kehadiran Allah, agar umat tidak tenggelam dalam kegelapan, ketakutan karena kehilangan pengharapan. Bagi yang demikian, malaikat mengatakan: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat” (Lukas 2:11). Kapan? Hari ini. Pengharapan itu telah Tuhan hadirkan hari ini, di tengah situasi kita saat ini. Karena itu, Natal bukan sekadar peristiwa masa lalu, tetapi peristiwa yang terus menerus hadir pada masa kini. Natal membawa pengharapan bagi setiap orang yang membutuhkan.
Bacaan Kitab Suci pagi ini juga menyebutkan kain lampin dan palungan. Kain lampin adalah kain sederhana untuk rakyat biasa, sedangkan palungan adalah tempat pakan ternak. Ini menjadi tanda yang aneh peristiwa Natal. Seaneh terobosan Allah yang berbelarasa pada mereka yang tersisihkan dan berdosa. Maka dari itu terjawablah pertanyaan bukankah Allah senantiasa berada di rumah-Nya yang gemerlap nan indah? Anggapan itu disingkirkan Allah dengan kelahiran bayi Yesus yang dibungkus dengan lampin dan dibaringkan di palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Jadi, Allah bersama mereka yang tidak memiliki tempat untuk tinggal dan berteduh.
Berita dari malaikat tersebut disambut para gembala. Mereka mempercakapkan dan kemudian bersepakat: “Marilah kita pergi ke Betlehem…” Lalu mereka cepat-cepat berangkat menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu. Boleh saja kita bayangkan para gembala meninggalkan domba-domba sumber ekonomi mereka. Mereka keluar dari sumber penghidupan dan menuju Sumber Hidup Sejati.
Sekembalinya dari menengok bayi Yesus, para gembala dilingkupi sukacita memuliakan Allah. Ada upaya aktif dalam diri mereka yang menuntun bertemu pengharapan baru pada Sang Bayi Natal yang terlahir. “Terang Tuhan Sudah Datang”, yang menerangi hati dan pikiran para gembala dan semua bangsa. Menjadikan para gembala dan semua bangsa memiliki cara pandang yang baru, pengharapan baru, hidup dilingkupi dengan sukacita, sehingga mampu mengalahkan ketakutan.
SELAMAT MERAYAKAN NATAL dan MENYAMBUT TAHUN BARU 2025. Tuhan Yesus memberkati. Maturnuwun.
Doa:
Allah Bapa Sorgawi, yang telah menjilma menjadi Bayi Yesus dan yang hari ini kami peringati Natal-Mu, terimakasih Terang-Mu sudah datang. Kiranya menerangi hati, pikiran dan jalan hidup kami, sehingga kami dapat semakin setia memuliakan Nama Tuhan Yesus Kristus. Amin. (MRW – Karanganom).