Bacaan: Lukas 21:20-24.
“Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. (Lukas 21:20-22).
Renungan:
Shalom, selamat pagi saudaraku terkasih. Bacaan Injil pagi ini memuat nubuatan Tuhan Yesus tentang keruntuhan Yerusalem, kota yang menjadi pusat dunia pada waktu itu. Kota di mana Bait Allah berdiri, di mana segala bangsa yang percaya kepada Allah umat Israel datang ke Yerusalem untuk menghadap Tuhan dan menyampaikan korban persembahan.
Menurut para ahli Kitab Suci, penggenapan nubuat ini terjadi pada tahun 70 M, ketika Jenderal Titus dari Roma dan tentaranya menghancurkan Yerusalem dan membakar Bait Allah setelah mengepungnya selama 134 hari.
Kota Yerusalem dibangun kembali setelah kehancurannya diserang bangsa Romawi pada tahun 70 Masehi. Yerusalem pada masa kini tetaplah menjadi kota yang megah, anggun, dan didatangi orang dari berbagai bangsa. Di sisi lain, Yerusalem sampai saat ini juga masih menjadi kota yang diklaim dan diperebutkan kepemilikannya oleh Israel dan Palestina. Kota itu sampai saat ini menjadi kota yang disucikan oleh 3 penganut agama, baik Yudaisme, Kristen, maupun Islam.
Lantas, apa dan bagaimana makna nubuatan dan penggenapan kehancuran Yerusalem bagi kehidupan kita masa kini?
Saudaraku terkasih, nubuatan kehancuran Yerusalem kota jantung dunia pada jaman itu menjadi pengingat bagi kita, bahwa tidak ada yang abadi dalam kehidupan kita secara fisik. Kota yang kita yakini megah, kota yang mulia, kota jantung kehidupan, kota di mana kita mendapatkan sumber-sumber kekayaan, kota yang diberkati Tuhan pun bisa hancur berkeping-keping.
Kita terkadang melihat dan menganggap kehancuran yang kita hadapi disebabkan karena tindakan orang lain yang memusuhi kita. Namun, peristiwa kehancuran Yerusalem ini menjadi pengingat, bahwa kehancuran yang kita alami karena egoisme kita sendiri.
Seringkali kita egois dengan merasa yang paling benar, merasa paling dekat dan paling baik mengikuti perintah Tuhan. Kita terkadang terjebak merasa dan meyakini diri sudah dalam posisi merasa paling-paling yang lainnya. Ini yang terkadang membuat kita kehilangan kesadaran bahwa ternyata kita malah menjauh dari apa yang dikehendaki Tuhan.
Maka dari itu, marilah kita memupuk dan mengenakan sikap rendah hati kepada Tuhan dan sesama kita. Mari memohon belas kasih Tuhan agar kita tidak terjebak pada keakuan diri atau egoisme yang justru bisa menghancurkan diri kita sendiri.
Doa:
Bapa yang maha kasih, ajarilah dan mampukanlah kami untuk rendah hati dan seturut kehendak-Mu. Jauhkanlah kami dari sifat dan perilaku egois terhadap Engkau dan terhadap sesama yang kami jumpai. Amin. (Renungan Pengganti/Admin).