Bacaan: Kejadian 32:22-31, II Timotius 3:14-4:5, Lukas 18:1-8.
“Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? (Lukas 18:17).
Renungan:
Dalam Kejadian 32:22-31, kita menemukan kisah pergumulan hebat antara Yakub dengan Sosok Ilahi di penyeberangan sungai Yabok. Momen ini bukan sekadar perkelahian fisik. Yakub menunjukkan pada kita gambaran perjuangan intens dari ketekunan doanya. Yakub tidak mau melepaskan Sosok itu sebelum diberkati. Pergumulan ini mengubah namanya menjadi Israel yang artinya “bergumul dengan Allah”. Kita diingatkan bahwa berkat ilahi sering kali datang melalui perjuangan yang gigih dan penolakan untuk menyerah.
Paulus memberikan yang sama kepada Timotius (II Timotius 3:14-4:5) yakni untuk bertekun dalam Firman Tuhan yang telah ia pelajari, memberitakan Injil, dan melaksanakan pelayanannya dengan kesabaran besar. Nasihat sentralnya adalah “Beritakanlah firman, siap sedialah pada waktu yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan.” Ini berarti harus memberitakan Injil tanpa henti, dalam segala situasi. Timotius harus menguasai diri dalam segala hal, yang menunjukkan pengendalian diri dan kewaspadaan rohani. Ia harus menanggung penderitaan demi Injil. Seperti Yakub, ia harus bergumul agar tugas terselesaikan dengan baik.
Tema ketekunan ini diperkuat dan diperjelas dalam Lukas 18:1-8. Yesus memberikan perumpamaan tentang hakim yang tidak benar dan janda yang gigih. Janda yang tidak memiliki apa-apa itu terus-menerus mendatangi hakim untuk menuntut keadilan. Akhirnya, sang hakim, meskipun tidak takut akan Allah maupun manusia, menyerah karena ketekunan yang tak kenal lelah dari janda itu. Melalui kisah ini, Yesus bertanya, “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya?” Kita diteguhkan bahwa Bapa kita di surga, adalah Bapa yang penuh kasih dan adil. Ia adalah Bapa yang menghargai ketekunan kita dalam doa. Ia mendorong kita untuk berdoa selalu dengan tidak jemu-jemu, bahkan ketika jawaban yang kita harapkan terasa lambat atau tertunda.
Kita merenung, bahwa ketekunan yang berakar pada Iman dan menghasilkan perubahan. Dari Yakub, kita belajar bahwa berkat memerlukan perjuangan yang gigih dan fokus; dari Paulus, kita diingatkan bahwa pelayanan dan kebenaran memerlukan ketaatan yang teguh di tengah godaan zaman; dan dari Yesus, kita diyakinkan bahwa doa yang gigih pasti didengar oleh Allah yang adil. Dewasa ini, kita hidup di tengah zaman yang serba instan, tetapi pertumbuhan rohani menuntut kita untuk menolak godaan menyerah. Kita dipanggil untuk terus bertekun dalam berdoa dan merenungkan Firman yang memberi kekuatan.
Doa:
Tuhan Allah Bapa yang Maha Kasih, perkenankan kami datang bersama teman pembeca ini bersimpuh dan sujud dihadapan-Mu, mengucap syukur atas segala kasih-Mu melalui Rohhul kudus-Mu, Kami boleh merenungkan Firman-Mu, untuk membuka hati meneladani hamba kekasihm-Mu Yakub, Rasul Paulus, Timotius, dan para suci lainnya, yang selalu setia berdoa, membaca, memahami, dan menjalankan Firman-Mu. Ajarlah kami untuk selalu setia dalam mengemban tanggungjawab yang telah Engkau letakkan di atas pundak kami sesuai talenta yang Engka bebankan kepada kami, mampukan kami merenungi Firman-Mu: “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya?” Amen. (Marinah Sudiro – Karanganom).






