Bacaan: Ayub 28:12, 29:10; Wahyu 8:1-5.
Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (Wahyu 8:3)
Renungan:
Saudara yang terkasih, Setiap orang pernah mengalami rasa takut khawatir, panik dan cemas. Itulah sikap yang manusiawi. Mungkin hal itu juga sering terjada pada kita orang percaya. Bacaan Kitab Suci pagi ini menegaskan demikian: “Tetapi di mana hikmat dapat diperoleh, di mana tempat akal budi?” (Ayub 28:12) dan “Suara para pemuka membisu, dan lidah mereka pada melekat pada langit-langitnya.” (Ayub 29:10).
Sering sekali terjadi pada seseorang yang mempunyai kelebihan atau merasa lebih dari orang lain, entah ilmu, jabatan, pangkat, atau kedudukan. Jadi, bukan hikmat atau kebijaksanaan yang diterapkan, tetapi akal dan ego-lah yang bicara. Marilah kita ingat kembali bacaan Masmur 42 dan tema ibadah Minggu yang lalu: “Berjuang di tengah rasa tertekan dan gelisah”.
Rasa takut dan minder sangat mungkin terjadi bagi mereka yang merasa rendah diri dan berkekurangan. Ayub berkata dalam pasal 29 ayat 10: “Suara para pemuka membisu, dan lidah mereka pada melekat pada langit-langitnya”. Itulah kata hati yang dalam dan terucap oleh Ayub. Mungkinkah hal ini bisa terucap oleh kita juga.
Rasa takut, khawatir, panik, dan cemas apabila kita perhatikan nats pada Wahyu 8:1-5: Di mana sangkakala akan ditiup dan meterai satu persatu akan dibuka. Rasa berdebar, takut, cemas dan gelisah akan semakin menguat. Degub jantung pasti akan semakin keras. Mestinya kita tidak akan demikian, karena nama kita sudah tercatat di dalam buku kehidupan. Keselamatan dan hidup kekal serta mahkota kehidupan akan kenakan di setiap kita. Maka doa dan persembahan kudus yang perlu kita haturkan kepada-Nya.
Doa:
Bapa Surgawi, Allah yang kami muliakan didalam Tuhan Yesus Kristus. Pinpin, tuntun, dan ajarlah kami dalam menghadapi tantangan kehidupan. Baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, informasi, dan peradaban yang semakin rumit. Kuatkan dan mampukanlah kami menghadapi itu semua, serta bimbinglah kami menggunakan hikmat dalam mengendalikan akal dan emosi kami. Dapatkanlah kami percaya diri menghadapi sangkakala-Mu ditiup dan materai-Mu dibuka serta mahkotaku kehidupan kau kenakan di kemudian. Amin. (SDR, Karanganom).