Hi September, Please be Nice!

Bacaan: Lukas 8:24

“Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: “Guru, Guru, kita binasa!” Iapun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itupun reda dan danau itu menjadi teduh.”

Bacaan Lainnya

Renungan:

Menginjak tanggal 1 di bulan yang baru, biasanya orang-orang akan membuat tulisan, misalnya saja “Hi September, please be nice”. Pesan utamanya adalah permohonan dan harapan agar bulan tersebut berbaik hati kepada mereka. Sebut saja di bulan September semoga penuh kebaikan dalam hidup mereka.

Bolehkah berharap demikian? Tentu saja. Justru bagus apabila punya harapan, sebab dengan begitu akan muncul lebih banyak semangat motivasi untuk menapaki hari-hari yang akan datang agar kebaikan itu sungguh-sungguh dirasakan. Namun faktanya, kebaikan dan kebahagiaan datang silih berganti dengan hal-hal yang sebaliknya. Sesuatu yang kita rencanakan dan harapkan tidak terjadi. Saat berharap ingin tertawa gembira, malah seringkali menangis sedih. Lantas harus bagaimana?

Penggalan ayat firman Tuhan dari kisah yang terkenal ini memberikan pelajaran yang amat berharga. Namanya perjalanan, tentu saja para murid berharap dan menghendaki agar berjalan dengan lancar. Namun yang terjadi, mereka justru harus menghadapi taufan yang membuat perahu mereka kemasukan air dan menempatkan mereka dalam bahaya. Bila kita ada dalam perahu tersebut, besar kemungkinan kita juga akan menjadi sangat panik.

Walau demikian, bukankah Tuhan Yesus berada di dalam perahu yang sama dengan mereka? Berarti, Tuhan Yesus juga menanggung apa yang dialami dan dirasakan oleh para murid bukan? Tidak cukup di situ, Tuhan Yesus menghardik angin dan air yang mengamuk itu, sehingga keadaan menjadi reda dan teduh. Dengan kata lain, di tengah amukan taufan itu Tuhan Yesus ada bersama mereka, menolong mereka, dan membawa keteduhan bagi mereka.

Jadi bagaimana kalau yang terjadi dalam hidup kita ternyata tidak sesuai dengan yang kita harapkan seperti halnya para murid? Firman Tuhan menyatakan kepada kita, bahwa dalam keadaan seperti itu pun Tuhan Yesus menemani kita, menolong kita, dan membawa keteduhan bagi kita. Tidak perlu buru-buru panik berlebihan, tetapi tenangkan hati dan sadarilah bahwa Tuhan Yesus berada di samping kita.

Ke manapun perahu kehidupan kita berlayar, entah menemui suka maupun duka, Tuhan Yesus selalu bersama kita dan menanggung yang kita rasakan. Jadi tugas kita sekarang ada dua. Pertama selalu percaya dan andalkanlah Tuhan Yesus. Kedua, teguhkan pengharapan, penuh syukur, dan lakukanlah sebaik mungkin tiap karya maupun pelayanan yang Tuhan Yesus percayakan dalam kehidupan kita.

Selamat berlayar bersama Tuhan Yesus!

Doa:

Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau selalu bersamaku ke manapun perahu kehidupan ini berlayar. Suka maupun duka, semua kulalui bersama-Mu, bahkan Engkau menolong dan mendatangkan keteduhan bagiku. Kini, aku mau terus percaya dan mengandalkan Engkau Tuhan. Aku juga akan melakukan yang terbaik dalam tiap karya maupun pelayanan yang telah Engkau percayakan. Amin. (DBM, Bejiharjo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *