Bacaan: Amsal 2:9-15.
Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik. Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu. (Amsal 2:9-10).
Renungan:
Sejak kecil kita sering mendengar dan mengucapkan kata “hikmat”. Setidaknya kita sering mengucapkan kata itu saat mengikuti kewajiban upacara bendera di sekolah dengan mengucapkan sila ke-4 Pancasila yang berbunyi: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Pertanyaannya, sudahkan kita memahami apa yang dimaksud “hikmat” dalam kalimat tersebut? Lantas terkait dengan bacaan Kitab Amsal pagi ini, apa yang dimaksud dengan “hikmat” dan “hikmat akan masuk dalam hatimu dan pengetahuan aka menyenangkan jiwamu”?
Hikmat bagi sebagian orang mungkin merupakan sesuatu yang abstrak atau yang ada di dalam angan-angan saja. Tetapi dalam diri orang-orang tertentu hikmat adalah realitas yang hidup atau realitas yang ada dalam hidupnya. Hikmat dapat diterangkan sebagai kemampuan atau kepandaian dalam menjalankan kehidupan berdasarkan kebenaran menurut terang Ilahi. Orang-orang bijak yang kisah hidupnya ditulis dalam Kitab Suci telah mempraktikkan hidup yang berhikmat tersebut menjadi gambaran yang lebih nyata dalam perjalanan hidupnya.
Setiap orang sesunggguhnya merindukan hidup yang dijalaninya menjadi perjalanan hidup yang berkualitas dan penuh makna. Namun kenyataannya, tidak semua orang sungguh-sungguh dapat mewujudkannya. Harapan dan kenyataan tidak selamanya bisa terwujud seiring-sejalan. Ada orang yang hanya bisa ‘bermimpi’, namun tidak bersedia melewati proses yang benar demi meraih impian tersebut. Hal itu disebabkan karena kita tidak lagi memiliki hikmat dan pengetahuan yang benar dalam menjalani setiap kenyataan hidupnya akibat keinginan daging yang membelenggu. Kita juga sering membanggakan ‘kebaikan-kebaikan’ dan ‘kebenaran-kebenaran’ yang semu dan berpusat pada dirinya sendiri, bukan kebaikan dan kebenaran menurut terang Ilahi.
Saudaraku terkasih, bacaan kita pagi ini menjadi pengingat bahwa perjalanan hidup kita akan bisa berhikmat dan berpengetahuan dengan syarat mata, telinga dan hati sepenuhnya kita arahkan kepada Allah sebagai sumber hikmat dan pengetahuan. Ketika mata, telinga dan hati sepenuhnya kita arahkan kepada Tuhan, maka kita akan menjadi mengerti tentang kebenaran, keadilan dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik (ayat 9-10). Karena hikmat akan masuk hati kita, dan pengetahuan akan menjadi hal yang menyenangkan dalam menjalani laku hidup kita.
Mari kita arahkan mata, telinga, dan hati kita kepada Allah sang pemberi hidup dan pengada kehidupan.
Doa:
Allah Bapa surgawi. Terima kasih atas berkat dan penyertaan-Mu dalam kehidupan kami. Kami serahkan hidup kami sepenuhnya ke dalam genggaman-Mu ya, Tuhan. Biarlah mata, telinga, dan hati kami senantiasa mengarah kepada kehendak-Mu, hingga hikmat dan pengetahuan dari-Mu yang menuntun kehidupan kami. Amin. (Tim Adminweb).
Top https://shorturl.fm/YvSxU
Very good https://shorturl.fm/bODKa
https://shorturl.fm/j3kEj
https://shorturl.fm/5JO3e
https://shorturl.fm/j3kEj
https://shorturl.fm/N6nl1
https://shorturl.fm/retLL