Bacaan: Imamat 9:22-10:11; 2 Korintus 13:5-10.
Berkatalah Musa kepada Harun: ‘’ Inilah Yang difirmankan TUHAN : Kepada orang yang karip kepada-Ku, Kunyatakan kekudusan-Ku dan dimuka seluruh bangsa itu akanKu perlihatkan kemuliaan-Ku.’’ Dan Harun berdiam diri. (Imamat 10 : 3).
Renungan:
Peristiwa tragis yang menimpa Nadab dan Abihu dalam Imamat 9:22-10:11 menjadi peringatan keras tentang kekudusan Tuhan dan pentingnya menghampiri-Nya dengan cara yang benar. Saat mereka mempersembahkan “api asing” yang tidak diperintahkan Tuhan, hal itu menunjukkan kurangnya penghormatan terhadap kekudusan-Nya, dan ketidakpatuhan terhadap ketetapan-Nya.
Musa menegaskan bahwa manusia harus memahami secara mendalam tentang siapa Tuhan. Bahwa Tuhan agar dengan kesadaran dan pemahaman yang benar mendekat kepada-Nya. Kekudusan-Nya bukanlah sesuatu yang bisa dipermainkan atau didekati dengan sembarangan, melainkan harus dijunjung tinggi dengan rasa takut dan hormat, seperti yang ditunjukkan oleh Harun yang diam dalam kesedihannya. Tuhan adalah api yang menghanguskan, dan kehadiran-Nya menuntut kesucian dan ketulusan hati dari setiap pelayan dan umat-Nya.
Pelajaran dari Nadab dan Abihu bergema dalam seruan Paulus kepada jemaat Korintus. Paulus meminta umat Korintus untuk menguji diri mereka sendiri, apakah mereka sungguh-sungguh hidup dalam iman. Dalam 2 Korintus 13:5, Paulus mendorong mereka dengan mengatakan, “uji dirimu sendiri, apakah kamu tetap hidup dalam iman.”
Yang diharapkan bukanlah sekadar introspeksi dangkal, melainkan penyelidikan mendalam tentang keberadaan Kristus, apakah ada di dalam diri mereka? Jika Kristus tidak ada, berarti mereka telah gagal dalam ujian tersebut. Sama seperti Tuhan yang menuntut kekudusan dari para imam-Nya di Perjanjian Lama, demikian pula Dia menuntut kekudusan dan integritas dari setiap orang percaya di Perjanjian Baru. Iman yang sejati akan menghasilkan buah-buah kekudusan dan ketaatan, bukan sekadar pengakuan bibir. Kita dipanggil untuk terus-menerus mengevaluasi diri, memastikan bahwa hidup kita mencerminkan Kristus yang kudus.
Oleh karena itu, mari kita merenungkan betapa pentingnya hidup kudus di hadapan Tuhan, baik dalam ibadah kita maupun dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang diperingatkan dalam kisah Kitab Imamat, ada konsekuensi serius ketika kita melanggar kekudusan Tuhan. Dan seperti yang ditekankan dalam Korintus, iman kita haruslah menjadi iman yang hidup, yang terus-menerus diuji dan dibuktikan melalui ketaatan dan keserupaan dengan Kristus.
Kiranya setiap langkah, perkataan, dan tindakan kita memuliakan Tuhan dan menyatakan kekudusan-Nya. Biarlah kita mendekat kepada-Nya dengan hati yang tulus dan roh yang taat, sehingga kita berkenan di hadapan-Nya dan menjadi alat kemuliaan-Nya di dunia ini.
Doa:
Tuhan Allah Bapa kami yang bertahta di dalam Kerajaan Surga yang mulia, terima kasih ya Tuhan Engkau telah memberi kesempatan bagi kami untuk memahami, kami renungkan, dan meneladani Nabi Musa dan Imam Harun yang telah memberikan teladan bagi kami untuk hidup kudus, taat, dan setia terhadap perintah-Mu. Demikian juga Rasul Paulus memberikan amanah kepada jemaat di Korenta demikian juga kami saat ini. Kiranya setiap langkah, perkataan, dan tindakan kami memuliakan Tuhan dan menyatakan kekudusan kami. Biarlah kami mendekat kepada Tuhan dengan hati yang tulus dan roh yang taat, sehingga kami berkenan di hadapan Tuhan. Demikian ya Tuhan segala kekurangan dan dosa kami, mohon diampuni. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin. (Marinah Sudiro – Karanganom).