Bacaan: Bilangan 16:20-35
Lagi keluarlah api, berasal dari Tuhan, lalu memakan habis kedua-ratus lima puluh orang yang mempersembahkan dupa itu. (Bilangan 16:35).
Renungan:
Tarsebutlah, di sebuah desa kecil, dibangun satu jembatan utama, kokoh dan permanen, yang menghubungkan desa itu dengan kota besar di seberang sungai. Jembatan tersebut dibangun dengan kuat, dan dirawat dengan baik dan aman untuk dilaluinya. Namun beberapa penduduk desa memutuskan untuk membuat jalan setapak baru. Meskipun telah dipasang rambu peringatan akan bahaya dan ketidakstabilan jalur tersebut.
Suatu hari seorang pengendara motor tidak menggubris peringatan itu, dengan congkaknya ia melewatinya. Banyak penduduk terdekat berteriak memperingatkan, namun dia tetap tancap gas. Apa yang terjadi? Tiba-tiba jalur tersebut runtuh. Pengendara jatuh ke sungai dan hanyut terbawa banjir.
Saudara terkasih, kisah ini mengingatkan kita pada kejadian yang dialami oleh Korah, Datan dan Abiram yang melawan otoritas Allah melalui Musa dan Harun. Mereka menuntut hak untuk memimpin, dengan klaim bahwa seluruh umat adalah suci, layak dan mampu untuk memimpin.
Namun mereka mengabaikan peringatan Allah dan melanggar otoritas-Nya. Sebagai konsekuensi, Tuhan menurunkan hukuman dengan api menghanguskan 250 orang yang ikut memberontak.
Hal ini menunjukkan, bahwa peraturan Allah bukanlah sekadar aturan, melainkan bagian dari rencana keselamatan yang diberikan Allah kepada umat-umatNya.
Saudara yang dikasihi Tuhan, Tuhan terus mengingatkan umatNya agar selalu taat dan menghentikan tindakan yang melawan kehendak-Nya. Namun sering kali peringatan tersebut kita abaikan dan kita langgar. Hukuman yang nampak keras bukanlah bentuk kekejaman Tuhan, tetapi merupakan perwujudan dari keadilan Allah. Dia menghendaki umatNya untuk setia dan tunduk pada otoritasNya.
Marilah kita introspeksi diri dan menilai kembali diri kita masing-masing. Sudahkah kita menghormati dan menaati perintah Allah dalam hidup kita? Maka dari itu, dua pertanyaan perenungan berikut layak untuk kita tanyakan kepada diri kita sendiri:
- Bagaimana kita dapat tetap setia menghormati dan melakukan perintah Allah?
- Setiap tindakan jahat akan menghasilkan konsekuensi.
Siapkah kita menerima konsekuensi dari Tuhan?
Doa:
Ya Allah, ampunilah kami yang seringkali mengabaikan dan melanggar ketetapan-Mu, sehingga kami menerima konsekuensinya. Ajarlah untuk selalu bisa introspeksi diri sehingga kami patuh pada aturan dan perintah-Mu. Amin. (JHM – Ngringin).