Bacaan: Matius 20:29-34.
Jawab mereka: “Tuhan, supaya mata kami dapat melihat.”(Mat 20:33).
Renungan:
Seorang bapak, Pak Bijak namanya. Dia seorang buta yang hidup di pelosok dusun bersama istri dan anaknya bernama Setyo. Dalam kondisi buta, dia rajin bekerja sebagai petani yang handal.
Pada suatu hari, Pak Bijak menerima undangan rapat umum di Balai Kalurahan, untuk hari Kamis yang akan datang. Undangan itu diterima dengan penuh suka cita.
Hari Rabu pagu, Pak Bijak menyuruh anaknya Setyo untuk membuatkan obor dari bambu, untuk dibawa ke rapat nanti malam. Katanya, ” Setyo… Buatkan Bapak obor untuk rapat nanti malam!”
Mendengar perintah bapaknya, Setyo tercengang dan bingung. Dalam benaknya muncul pertanyaan, “Buat apa Bapak yang buta kok mau jalan pakai obor?” Namunbegitu, Setyo pun segera membuatnya, dan sebentar sudah jadi.
Menjelang malam, Pak Bijak berangkat. Dengan tertatih-tatih ia berjalan dengan obor di tangannya. Dari kejauhan terdengar gemuruh warga desa yang mau ikut rapat juga. Mereka memanggil-manggil Pak Bijak, disuruh menunggu untuk menumpang penerangan obornya, sebab malam itu gelap gulita. Demikian akhirnya, mereka serombongan itu berjalan dengan lancar, selamat sampai tujuan di Balai Kalurahan.
Saudara-saudaraku terkasih, seperti halnya Tuhan Yesus berkenan membuka mata dua orang buta sehingga dapat melihat. Ini seperti halnya Pak Bijak menerangi orang banyak, sehingga dapat berjalan bersama-sama di kegelapan malam.
Demikian juga kita, yang sudah diusap mata hati kita oleh Yesus. Kita dimampukan kiranya untuk memancarkan cahaya Kristus kepada sesama kita, sehingga kasih karunia Tuhan Yesus Kristus senantiasa dapat kita nikmati dalam kehidupan bersama.
Doa:
Ya Tuhan, jamahlah mata hati kami, agar kami dapat sembuh dari kebutaan hdup kami. Ya Tuhan, mampukanlah kami untuk memancarkan sinar kasih-Mu kepada sesama kami. Amin. (JHM, Ngringin).