Bacaan: 1 Samuel 6:1–16; Matius 24:15–27.
“Sebab seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia.” (Matius 24:27).
Renungan:
Di sebuah desa, ada seorang ibu tua bernama Mbah Suminah. Ia tinggal sendirian setelah anak-anaknya merantau. Setiap pagi, Mbah Suminah punya kebiasaan unik: menyapu halaman, menyiram bunga, lalu duduk di kursi bambu sambil menatap jalan depan rumah.
“Lho, Mbah, lagi nunggu siapa?” tanya tetangga.
“Saya menunggu anak-anakku pulang,” jawabnya sambil tersenyum.
“Tapi kan belum tentu kapan pulangnya, Mbah?”
“Ya, makanya saya harus siap setiap hari. Siapa tahu hari ini mereka datang. Kalau mereka tiba-tiba datang dan halaman rumah saya kotor, saya akan malu.”
Hari-hari pun berlalu. Ada hari hujan deras, ada hari panas terik. Tapi Mbah Suminah tetap melakukan rutinitasnya. Dan pada suatu pagi, tanpa kabar, anak-anaknya pulang. Mereka menemukan ibu mereka duduk tersenyum di kursi bambu, halaman rapi, bunga bermekaran. Air mata pun mengalir di wajah mereka.
Cerita ini mengingatkan kita akan dua hal dari bacaan hari ini:
- Seperti orang Filistin yang akhirnya menghormati Tuhan dengan mengembalikan tabut, kita pun dipanggil untuk menaruh hormat dan taat kepada-Nya setiap hari.
- Seperti Mbah Suminah yang siap menyambut anak-anaknya kapan saja, kita pun harus siap menyambut Tuhan Yesus yang akan datang dengan cara yang pasti dan tak terduga, seperti kilat di langit.
Hidup dalam ketaatan dan kesetiaan membuat hati kita tenang. Dan ketika Tuhan datang, kita bisa menyambut-Nya dengan sukacita, bukan ketakutan. Kalau untuk manusia saja kita mau menunggu dengan setia, apalagi untuk Tuhan. Kedatangan-Nya pasti dan membawa upah kekal. Mari siapkan hati setiap hari, bukan hanya rapi di luar tapi juga bersih di dalam, supaya saat Dia datang, kita didapati setia.
Doa:
Tuhan Yesus yang penuh kasih, tolonglah kami supaya selalu siap menyambut kedatangan-Mu, kapan pun itu terjadi. Berilah kami hati yang setia, sabar, dan penuh pengharapan, seperti Mbah Suminah yang menanti dengan gembira. Dalam nama-Mu kami berdoa. Amin. (Kintan Limiansi-Minomartani).