Menjadi Pemimpin Menjadi Teladan

Bacaan: Ibrani 3:7-27.

Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka. (Ibr 3:7).

Bacaan Lainnya

Renungan:

Menjadi pemimpin itu menjadi teladan. Artinya menjadi pemimpin pasti membutuhkan kecakapan memimpin pengikutnya, dan tentu saja kecakapan mengarahkan organisasi kepada maksud dan tujuannya. Namun, kecakapan itu tidak hanya berhenti sampai di sini, menjadi pemimpin pasti bakal dilihat kecakapannya menjalani kehidupan sehari-hari.

Bacaan surat Ibrani pagi ini mengingatkan pentingnya kita untuk mengingat, menghormati, mentaati dan tunduk kepada para pemimpin. Kita tidak boleh memberontak terhadap apa yang telah diajarkan dan diperintahkan para pemimpin, kita tidak boleh berpaling mengikuti ajaran-ajaran lain yang menyesatkan.

Namun, penulis Kitab Ibrani juga memberikan catatan penting yang tak boleh dilewatkan, yaitu kita diminta “memperhatikan akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka” (Ibr 3:7). Artinya, kita mesti memeriksa apakah ajaran dan perintah yang diberikan oleh para pemimpin itu telah menjadi perbuatan sehari-hari yang dilakukannya. Jika belum, berarti kepemimpinan atau jabatan yang dipercayakan sebagai pemimpin itu masih layak untuk dipertanyakan.

Jika demikian adanya, menjadi pemimpin itu tidak mudah ya? Karena menjadi sosok pemimpin tidak hanya dibutuhkan kepandaian dan kecakapan berbicara penguasaan seluk-beluk bidang yang dipimpinnya. Lebih dari itu diperlukan bukti kecakapan dalam perilaku hidupnya sehari-hari.

Ya, memang demikianlah adanya. Sekali lagi pagi ini kita diingatkan oleh penulis Kitab Ibrani agar “memperhatikan akhir hidup mereka”. Cara paling mudah untuk membuktikan kecakapan pemimpin itu adalah melihat, merasakan apa telah yang dilakukan sehari-hari oleh para pemimpin itu.

Mengapa penulis Ibrani menekankan hal seperti ini? Karena Yesus Kristus yang menjadi ukuran dalam meminta kita mentaati, mengikuti dan tunduk kepada para pemimpin. “Yesus Kristus tetap sama baik kemarin, hari ini maupun selama-lamanya” (Ibr 3:8).

Yesus Kristus tidak hanya pandai bicara atau bersilat lidah, namun Yesus Kristus telah menjadikan perilaku hidupnya menjadi firman Allah yang hidup, menjadi pemimpin sekaligus teladan dalam sikap-perbuatan hidup sehari-hari.

Doa:

Bapa sorgawi, mampukanlah dan kuatkanlah kami agar seturut akan kehendakMu. Mampukanlah dan kuatkanlah kami agar bisa seiya dan sekata dalam bicara dan perbuatan kami. Amin. (Renungan Pengganti / Admin).

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *