Bacaan: 2 Korintus 4:16-18.
Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. (2 Korintus 4:16).
Renungan:
Ada pepatah: “menua adalah kepastian, menjadi dewasa adalah pilihan“. Artinya: bertambahnya usia secara fisik (menjadi tua) itu kepastian yang tidak bisa dihindari oleh siapapun, tetapi menjadi dewasa sepenuhnya bergantung kepada keputusan dan ikhtiar setiap pribadi.
Menjadi dewasa bukan sekadar jumlah tahun yang telah dilalui hidup seseorang. Menjadi dewasa adalah tentang kualitas hidup dan bentukan karakter yang meliputi: sifat, watak, akhlak, dan budi pekerti. Menjadi dewasa setidaknya dapat dilihat dari beberapa hal, seperti: kemampuan berpikir secara matang, mampu bertanggung jawab, mampu mengelola emosi, dan mampu bertindak bijak.
Presiden Republik Indonesia kedua Pak Soeharto, dalam sebuah wawancara sembari tertawa terkekeh pernah mengatakan, “Saya semakin tua itu semakin TOP”. Artinya semakin Tua, semakin Ompong, dan semakin Peyot. Itulah kondisi alamiah yang berlaku bagi siapapun, semakin tua semakin rapuh kondisi badaniahnya.
Bacaan Kitab Suci pagi ini juga menandaskan bahwa semakin tua kondisi lahiriah semakin merosot. Kondisi badaniah kita semakin tua semakin renta, tidak mampu lagi diajak bekerja sekencang-kencangnya seperti saat masih muda. Namun, sebagai umat milik Allah, kita layak senantiasa bersyukur, karena manusia batiniah kita senantiasa diperbarui dari hari demi hari. Maka dari itu, Rasul Paulus mengingatkan agar kita tidak tawar hati. Badan boleh menua, tetapi Allah senantiasa memelihara manusia batiniah kita. Ia memberi kesempatan untuk diperbarui dari hari demi hari.
Lantas, apa syaratnya agar manusia batiniah kita diperbarui hari demi hari? Menjadi dewasa adalah pilihan. Artinya Tuhan akan memperbarui kita apabila kita dengan rendah hati menyambungkan diri dengan Tuhan. Kita aktif menyediakan diri mendengar sapaanNya melalui berbagai cara, dan menghayati firmanNya dengan segenap hati. Mari menjadi dewasa di dalam genggaman Tuhan! (Joko Yanuwidiasta – Kulwo).






