Ngeman

Bacaan: Lukas 19:41-44.

Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.” (Lukas 19:41-42).

Bacaan Lainnya

Renungan:

Sebagian dari kita ngopeni alias memelihara ayam di rumah. Dengan begitu dapat dipastikan bahwa kita tahu, kalau induk ayam itu akan aktif melindungi anak-anaknya ketika ada ancaman atau bahaya yang mendekat. Kewaspadaannya meningkat pesat, ia selalu dalam posisi siap bertahan, tetapi juga bisa menyerang ancaman yang menyerangnya. Demi apa? Memastikan anak-anaknya terlindung di bawah naungan sayapnya. Tidak kurang rasanya menyebut hal ini sebagai ngeman (Jawa), yang intinya menjaga, melindungi, dan siap menanggung sesuatu demi yang dikasihi.

Dalam Lukas 19:41–44, yang Yesus lakukan dapat digambarkan seperti halnya induk ayam yang berusaha ngeman anak-anaknya. Bacaan kita mencatat bahwa Yesus menangis ketika mendekati Yerusalem. Tangisan Yesus sebenarnya menunjukkan penilaian yang jernih terhadap arah hidup kota itu. Masyarakat mengharapkan – dan sebagian besar malah memaksakan keinginannya – agar Yesus menjadi mesias politik, yaitu panglima perang yamg mengangkat senjata melawan penjajah Romawi. Namun Yesus mengetahui bahwa jalan kekerasan hanya akan berujung pada kehancuran. Ia tidak ingin ‘anak-anak-Nya’ hancur karena jalan kekerasan itu. Ia berusaha semampu mungkin memberitahu mereka, tapi sayang bahwa rasa ngeman Yesus itu ditolak. Dengan demikian, Yesus tahu bahwa orang-orang ini pada akhirnya nanti bukannya mengalami pemulihan dan merdeka, tetapi justru terperosok ke dalam kehancuran yang lebih dalam dan pedih.  Inilah alasan di balik kesedihan yang terungkap dalam tangisan Yesus.

Kisah ini menegaskan beberapa hal penting bagi kita. Pertama, Yesus melawan kekerasan tanpa menggunakan kekerasan. Ia menolak logika balas dendam karena tahu bahwa kekerasan hanya akan melahirkan kehancuran baru. Yesus memilih jalan lain, yaitu menegur, memperingatkan, dan menawarkan jalan kasih, meskipun jalan itu berisiko dan rentan ditolak. Ia menghentikan lingkaran kehancuran dengan tidak membalas, tidak memprovokasi perang, dan tidak memakai kekuasaan untuk menghancurkan lawan, meski akibatnya Ia sendiri yang menderita. Inilah ngeman yang Yesus kerjakan, yaitu melindungi untuk menyelamatkan semuanya, bukan menyelamatkan yang satu dengan membinasakan yang lain. Maka mari hindari kekerasan dalam bentuk apapun.

Kedua. Marilah kita semua bersedia di-eman oleh Tuhan, yaitu mau menerima cara Allah melindungi dan menyelamatkan. Walau terkadang bisa tidak sesuai dengan rencana atau keinginan kita. Mungkin kita ingin meluapkan rasa marah sejadi-jadinya karena suatu kesalahan orang lain. Namun mau di-eman berarti mampu mengendalikan diri dan memikirkan konsekuensi bila meluapkan amarah sejadi-jadinya dengan tak terkendali.  Ketiga, bila Tuhan Yesus sudah ngeman kita, marilah kita juga mau ngeman orang-orang di sekitar kita, bahkan ciptaan yang lain dalam hidup sehari-hari. Memberitahu dengan bahasa yang baik dan membangun, tidak sekadar menyalahkan saja. Tidak ikut ngompor-ngompori terhadap suatu berita apalagi yang bernuansa gosip, justru harus mampu jernih pikiran dan meluruskan.

Tuhan Yesus sudah ngeman kita, marilah kita saling ngeman dengan sesama. Amin.

Doa:

Tuhan Yesus yang penuh kasih, terima kasih Engkau selalu sayang pada kami dan menghendaki agar kami selamat. Kami saat ini mau untuk melanjutkan kasih-Mu kepada sesama kami, dengan kami saling melindungi dan menjaga satu dengan yang lain. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin. (Daniel Bimantara – Kulwo).

 

 

Pos terkait