Bacaan: Kejadian 39: 1-23; Filipi 2: 25-30.
Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu. (Kejadian 39:21).
Renungan:
Syalom…
Masih ingatkah Bapak/Ibu/Saudara tentang kisah Yusuf yang dipercaya bapaknya untuk menengok kakak-kakaknya yang sedang menggembalakan domba namun justru menyulut rasa iri dan cemburu kakak-kakaknya dan berniat uantuk membinasakannya, dan berujung penderitaan mendalam karena harus menjadi budak belian di rumah Potifar? Kejadian 39:1-23 mengisahkan, saat Yusuf mulai menemukan kasih sayang dari keluarga Potifar, tetapi saat itu juga harus menghadapi godaan melalui isteri Potifar, dan berujung pada fitnah yang menimpanya hingga harus masuk penjara. Kisah kehidupan Yusuf diwarnai dengan godaan-godaan dan derita yang mendalam, namun karena Yusuf mengandalkan Tuhan, maka kesetiaannya mengantarkan Yusuf menjadi saluran berkat bagi banyak orang termasuk orangtua dan saudara-saudaranya yang pernah mengkianatinya.
Filipi 2:30 berbunyi, “Sebab oleh karena pekerjaan Kristus ia nyaris mati dan ia mempertaruhkan jiwanya untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayananmu kepadaku”. Ayat ini merujuk pada Epafroditus, utusan jemaat Filipi yang sakit parah saat melayani Paulus di penjara Roma, dan karena kesetiaannya ia nyaris mati, mempertaruhkan nyawanya untuk melayani Paulus dan melengkapi kekurangan pelayanan jemaat Filipi yang tidak dapat mereka berikan dari jauh.
Kehidupan kita tentu pernah menghadapi godaan-godaan dan penderitaan sebagai konsekuensi kita mengikut Tuhan Yesus Kristus. Kisah Yusuf dan Epafroditus dapat menjadi teladan bagi kita untuk berani bertahan dalam penderitaan, tetap setia melayani untuk kemuliaan Nama Tuhan Yesus Kristus dan menjadi saluran berkat bagi banyak orang.
Doa :
Tuhan Yang Maha Baik, ampuni dosa-dosa kami. Mampukan kami untuk selalu setia kepadaMu, mampukan kami untuk bisa bertahan dalam menghadapi segala godaan serta penderitaan. Mampukan kami untuk sepenuh hati melayani Engkau melalui seluruh kehidupan dan segala pemberianMu ini. Amin. (Hargo Warsono – Ngringin).