Bacaan : Imamat 19:8-19, Lukas: 10:25-28.
Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah Tuhan. (Imamat 19:18).
Renungan :
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, ada kecenderungan manusia ketika ia disakiti, ia akan berupaya membalaskan rasa sakit itu. Jika rasa sakit itu sedemikian besar dan dalam, maka perasaan itu akan semakin kuat dan sulit diatasi. Karena rasa itu tersimpan dalam memori jangka panjang. Hal ini adalah sesuatu yang alami; karena itulah mekanisme yang terjadi di dalam tubuh manusia.
Saudara – saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, lalu apa yang bisa kita lakukan agar rasa sakit hati itu tidak menimbulkan sesuatu yang buruk. Dalam Imamat 19:18 ,Tuhan mengajarkan bahwa untuk hidup kudus, kita juga harus mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Dendam dan membalaskan kejahatan bukan pada kewenangan kita, itu adalah bagian Tuhan.
Membalas kejahatan dengan kejahatan sama saja melanggar hak Allah. Namun ketika kita melihat seseorang yang mengalami sakit hati, kita juga tidak boleh menghakimi atau menuding tidak rohaniah. Karena rasa sakit hati bukan hanya persoalan rohani, tetapi juga persoalan medis syaraf. Jadi butuh proses untuk pemulihan. Dan kemampuan tiap orang berbeda-beda untuk melepaskan rasa sakit hati.
Kiranya Tuhan memampukan kita untuk menata hati kita, sehingga tidak menjadi pendendam dan hanya rasa kasih dari Allah yang menguasai hati kita.
Doa :
Allah yang maha kasih. Terimakasih Engkau sudah mengajarkan kepada kami, agar kami tidak menjadi pendendam, agar kami tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Kiranya hanya kasih yang dari padaMu; yang menguasai hati kami, sehingga hidup kami senantiasa berkenan kepadaMu. Amin. (Danu Aris Murtopo – Grogol).