Menjadi Manusia Baru Dimulai dari Rumah Dulu

Bacaan: Pengkhotbah 2:1-17; Kolose 3:18-4:1.

“Apa pun juga yang kamu perbuat ,perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia “(Kolose 3:23).

Bacaan Lainnya

Renungan:

Saudara yang terkasih dalan Yesus Kristus, adakah contoh keluarga yang sempurna yang disebutkan dalam Alkitab? Setelah manusia jatuh dalam dosa, tidak ada lagi ada kehidupan yang sempurna. Dosa telah menimbulkan pertengkaran yang terjadi dalam keluarga, baik suami dengan istri, orang tua dengan anak, anak durhaka terhapap orang tua, dan lain sebagainya.

Namun, rancangan Allah yang indah dalam keluarga tidak akan pernah berakhir. Bagi manusia manusia baru, karya anugerah Allah akan selalu ada untuk dapat memperbaharuhi setiap anggota keluarga  dalam membangun relasi yang indah. Setiap anggota dimampukan untuk terus membangun keluarga yang indah di dalam Kristus.

Dalam bacaan kita hari ini pada Kolose 3:18-4:1, Paulus menunjukkan hal-hal yang praktis dalam kehidupan berkeluarga yang dapat dilakukan oleh orang-orang percaya. Dalam perikop sebelumnya, Rasul Paulus  menyampaikan tentang manusia baru, kemudian dalam penerapan kehidupan manusia baru dapat dilakukan dalam lingkungan terkecil, yaitu rumah atau keluarga. Keluarga merupakan tempat cocok untuk melatih diri dalam menunjukan sikap hidup dari manusia baru. Mengapa? Karena di rumahlah karakter kita yang sebenarnya dibentuk.

Melalui bacaan hari ini, kita dapat melihat 3 relasi yang dibangun dalam keluarga, yaitu:

  1. Relasi suami dan istri (ayat 18-19). Istri sebagai pendamping suami berada di bawah pimpinan suaminya, apapun itu jabatan istri di luar rumah, setinggi apapun jabatan istri  dan status sosialnya. Namun, suami tidak berarti dapat sewenang-wenang, karena dasar sebagai pemimpin  atau kepala keluarga adalah kasih.
  2. Relasi orang tua dan anak (ayat 20-21). Anak-anak belajar dari orang tuanya bagaimana menghadapi hidup dan menerima hal hal yang baru dalam bimbingan orang tua. Orang tua tidak menyakiti anak, tapi membimbingnya dalam kasih dan kelemahlembutan untuk membantu anak- anakmya bertumbuh menjadi manusia baru di dalam Kristus.
  3. Relasi tuan dan hamba (ayat 22-4:1). Kaum hamba atau budak pada jaman itu dipandang kaum rendahan, karena telah dibeli oleh tuannya dan nasib ada di tangan tuannya. Seorang tuan harus memperlakukan dengan manusiawi kepada hambanya, dan seorang hamba melakukan segala tugas yang yang diperintahkan oleh tuannya dengan kesungguhan hati. Hal ini berlaku juga untuk saat ini di dalam kehidupan kita sebagai pekerja, masyarakat maupun bernegara.

Saudara yang terkasih, marilah kita terapkan manusia baru mulai di dalam rumah kita. Manusia baru yang tidak hanya membawa perubahan kehidupan bagi keluarga kita saja, tapi akan mengubah kehidupan baik bergereja, pekerjaan, masyarakat maupun lingkungan di mana kita berada. Apapun yang kita lakukan lakukanlah itu dengan sepenuh hati dan itu hanya untuk Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati. (Elisabet Purna Rahayu – Kulwo).

 

Doa

Tuhan Yesus yang baik, terimakasih atas keluarga yang Tuhan berikan kepada kami.Mampukan  kami setiap keluarga Kristen untuk selalu menjaga dan  memeliharanya dengan berlandaskan Kasih Tuhan .Amin

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *