Bacaan: Yesaya 58:9b-14; Lukas 13:10-17; Ibrani 12:18-29.
“Apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kau inginkan bagi dirimu sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas, maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.” (Yesaya 58:10)
Renungan:
Yesaya mengingatkan bahwa ibadah sejati bukan hanya berdoa atau berpuasa, tetapi membuka belenggu, memerdekakan yang tertindas, dan memuaskan yang lapar. Ibrani mengajak kita untuk tetap teguh, sebab kita hidup di dalam kerajaan Allah yang tidak tergoncangkan, walau dunia penuh gejolak.
Dalam Lukas 13, Yesus menyembuhkan seorang perempuan yang sudah 18 tahun bungkuk pada hari Sabat. Banyak yang mengkritik, karena dianggap melanggar aturan. Namun Yesus menunjukkan bahwa kasih dan pemulihan selalu lebih utama daripada legalisme. Hari Sabat adalah waktu untuk membebaskan, bukan membelenggu.
Indonesia hari ini masih dibelenggu oleh korupsi, ketidakadilan, dan intoleransi. Gereja pun bisa terjebak hanya menjaga rutinitas, tanpa sungguh-sungguh menyentuh mereka yang terluka di luar. Oleh sebab itu GKJ Bejiharjo dipanggil untuk menjadi gereja yang hadir; membawa kabar baik, menguatkan yang lemah, dan menolong yang kesepian.
Mari kita merenung, apakah kita hanya beribadah di bangku gereja, atau sudah menjadi tangan Tuhan yang bermanfaat di luar sana? Sebab Injil yang hidup selalu bergerak untuk membebaskan, memulihkan, dan menghidupkan.
Doa :
Tuhan Yesus, ajar kami beribadah bukan hanya dengan kata, tetapi dengan tindakan yang memerdekakan sesama. Pakailah hidup kami menjadi terang dan pembawa kasih-Mu, bagi yang lemah dan tertindas. Amin. (Yudistira Widi Pratomo- Kulwo).