Iman dan Ketaatan

Bacaan: Keluaran 6:1-13, Kisah Para Rasul 7:35-42.

Tetapi nenek moyang kita tidak mau taat kepadanya, malahan mereka menolaknya. Dalam hati mereka ingin kembali ke tanah Mesir. (Kisah Para Rasul 7:39).

Bacaan Lainnya

Renungan:

Saudara yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Kitab Keluaran 6:1-13 mengisahkan panggilan Tuhan kepada Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir.  Tuhan menyatakan diri sebagai “ YAHWE”, mereka yang setia pada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Meskipun bangsa Israel  dalam kondisi yang sulit dan menderita, Tuhan berjanji akan membebaskan dan membawa mereka ke tanah yang dijanjikan-Nya. Namun seperti kita tahu, bangsa Israel bukan hanya menyusahkan Musa dengan ketidak taatannya namun juga berkali – kali menyakiti hati Tuhan.

Saudara yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus, dalam Kisah Para Rasul 7:35-42 tentang khotbah Stefanus, hal yang sama yakni ketidaktaatan bangsa Israel kepada Allah. Israel sering kali memberontak, tidak percaya dan bahkan membuat berhala untuk disembah. Stefanus mengingatkan bahwa Tuhan selalu setia pada janji-Nya, tetapi bangsa Israel sering kali memilih untuk mengikuti jalan mereka sendiri yang berujung pada kehancuran.

Saudara yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus, dari kedua bagian kitab ini, kita dapat belajar tentang pentingnya ketaatan kepada Tuhan  dalam kehidupan sehari-hari.  Ketaatan bukanlah sekedar menjalankan ritual agama atau mengikuti aturan-aturan tertentu tetapi lebih dari itu, yaitu sikap hati yang tunduk dan percaya kepada Tuhan dalam segala hal. Sama  seperti bangsa Israel yang sering kali tidak taat karena mereka tidak percaya bahwa Tuhan akan menepati janji-Nya, kita juga kadang-kadang melakukan hal yang sama kita ragu atau takut menghadapi tantangan hidup, sehingga  kita lebih memilih untuk mengandalkan kekuatan sendiri dari pada berserah kepada Tuhan. Ketaatan ini harus tercermin dalam setiap aspek kehidupan kita, baik dalam hubungan dengan sesama, rekan kerja, keluarga, maupun dalam penggunaan waktu, dan harta benda. Ketaatan  yang sejati lahir dari kasih kita kepada Tuhan dan keyakinan bahwa Dia selalu menyertai dan membimbing kita.

Saudara yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Ketaatan tidak datang secara instan, tetapi perlu dibangun dan dipelihara secara terus-menerus. Mari belajar berdoa secara teratur. Berdoa membuat kita selalu terhubung dengan Tuhan. Membaca Kitab Suci  dan merenungkannya adalah cara kita untuk selalu mendapatkan inspirasi dan petunjuk hidup sebagai umat Kristen. Untuk mendukung itu, kita perlu juga membangun persekutuan dengan orang-orang percaya. Selain untuk saling mendukung dalam membangun iman kita saling belajar dan menguatkan.

Saudara yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus, dalam hubungan dengan sesama kita belajar melayani dengan suka cita. Caranya kita mau terlibat dalam suatu kediatan grejawi,sosial, dan kemasyarakatan. Ketaatan kita kepada Tuhan adalah respons kita terhadap kasih dan kesetiaan-Nya ketaatan itu harus terwujut dalam sikap dan tindakan sehari-hari. Kita perlu membangun dan memelihara secara terus- menerus. Ketaatan yang kongkrit hidup sesuai dengan kehendak Tuhan serta dapat menjadi berkat banyak orang.

Doa:

Allah Bapa Surgawi, terimakasih engkau telah membuka mata hati kami. Melalui  Firman-Mu, yang kami renungkan, kami boleh menelusuri perjalanan iman dan ketaatan yang kami lakukan. Kami sering membuat sakit  Hati Tuhan, memberontak, bahkan mungkin mengandalkan  kemampuan kami sendiri tidak menyadari kelemahan yang ada dalam pribadi kami. Kuatkan iman dan ketaatan  kami kepada Tuhan, sehingga kami mampu menghadapi segala tantangan kehidupan yang akan terjadi. Didalam Tuhan Yesus kami berdoa. Amin. (Sudiro – Karanganom).

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *