Bacaan: Amsal 15:13-17, 1 Petrus 4:7-11.
“Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut.” (1 Petrus 4:9).
Renungan:
Dalam kitab Amsal, kita diajarkan tentang kekuatan tersembunyi dari sebuah hati yang gembira. Ayat-ayat dalam pasal 15 mengingatkan kita bahwa sukacita sejati tidak berasal dari kelimpahan materi, melainkan dari keadaan batin yang damai. “Hati yang gembira membuat muka berseri-seri,” kata hikmat Salomo. Kebahagiaan sejati terpancar keluar dan memengaruhi orang-orang di sekitar kita. Sebaliknya, kepedihan hati mematahkan semangat dan menjatuhkan mental. Apa yang sebenarnya diidamkan seorang manusia? Kebahagiaan? Orang bisa pura-pura bahagia lewat wajah palsunya, tapi kebahagiaan sejati didapatkan dari hubungan yang dipenuhi kasih dengan sesama dan kedamaian batin. Itulah kekayaan yang tak ternilai, mengalahkan semua harta duniawi yang mungkin membawa kegelisahan dan konflik.
Petrus membantu kita menemukan kebahagiaan bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Kebahagiaan itu ditemukan dalam Tuhan. Menjelang “kesudahan segala sesuatu,” Petrus memanggil umat percaya untuk menguasai diri dan berdoa. Berdoa untuk apa? Agar Allah yang adalah Kasih (1 Yohanes 4:8), menguasai hidup mereka. Senada dengan Amsal, Petrus mengingatkan perintah paling utama yakni, “kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain.” Kasih ini bukan hanya perasaan, tetapi perbuatan yang konkret, seperti memberi tumpangan tanpa bersungut-sungut dan melayani dengan karunia yang telah diterima. Dengan melayani satu sama lain, kita tidak hanya memenuhi kebutuhan sesama, tetapi juga berfungsi sebagai saluran kasih karunia Allah. Melalui setiap tindakan pelayanan yang tulus dan penuh kasih, kita menunjukkan hati yang bersukacita dan dipenuhi kebaikan, dengan tujuan tunggal agar “dalam segala sesuatu Allah dimuliakan.”
Kedua bacaan ini, dari Amsal dan 1 Petrus, saling melengkapi. Amsal mengajarkan bahwa hati yang benar adalah sumber sukacita sejati yang membebaskan kita dari kegelisahan dunia, sementara Petrus menunjukkan bagaimana sukacita batin itu seharusnya diekspresikan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita dipanggil untuk memilih sukacita dan kasih, bukan kepahitan dan kebencian. Daripada berfokus pada apa yang tidak kita miliki, kita bisa bersyukur atas apa yang ada. Daripada bersungut-sungut, kita bisa menggunakan karunia kita untuk melayani. Hati yang bersukacita dan penuh kasih adalah harta kita yang terbesar, dan ketika kita membagikannya melalui pelayanan kepada orang lain, kita tidak hanya membawa cahaya bagi sesama, tetapi juga memuliakan nama Tuhan yang adalah sumber dari segala sukacita. Dan penting untuk diingat, kehadiran Allah yang adalah Kasih adalah sumber dari kebahagiaan sejati itu.
Doa:
Allah Bapa Surgawi, perkenankan kami mengucap syukur, dimana Tuhan benar – benar membuka mata hati kami. Tuhan berkenan menuntun kami, dengan memberi teladan sebagaimana Amsal dan Petrus memberikan petunjuk dan teladan, saling memberi tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut – sungut. Ya Tuhan pakailah hidup kami untuk menjadi saluran berkat banyak orang, di masyarakat kami, sehingga mereka mau menerima mau saling memberikan tumpangan kasih yang mewujud nyatakan kuasa-Mu serta mau menerima mahkota kehidupan kekal seperti yang telah Engka janjikan. Dengan rendah hati kami mengakui segala kekurangan yang ada ampunilah ya Tuhan. Amin. (Marinah Sudiro – Karanganom).